Membaca Cerpen ‘Kelas Festival’ Danarto
EntrepreneurKreatif.com-Night
Bus baru saja dianugerahi Piala Citra sebagai film panjang terbaik dalam ajang
Festival Film Indonesia 2017 di Manado, Sulawesi Utara. Anugerah ini juga
diberikan kepada Erwin sebagai sutradara terbaik, dan Teuku Rifnu Wikana selaku
pemeran utama pria terbaik. Selamat!
Film
Night Bus sempat diputar di bioskop XXI, namun tidak bertahan lama karena cuma
ditonton ‘segelintir’ orang. Beda jauh dengan Pengabdi Setan yang hingga detik
ini telah ditonton sekitar 4,1 juta orang (ada yang menonton lebih dari satu
kali). Tapi, kenapa Night Bus bisa menang? Karena film itu bertema ‘berat’
(sehingga memusingkan kepala penonton-sekaligus disukai juri) dan aktif Teuku
Rifnu yang sangat memukau juri. Mirip dengan film-film karya Garin Nugroho yang
selalu bertema ‘berat’ dan membingungkan para penonton Indonesia, tapi
langganan mendapat Piala Citra sangking beratnya.
Bicara
soal cerita pendek (cerpen) barangkali nama Danarto terkenal akan karya
cerpen-cerpen kelas ‘festival’nya. Membaca Cerpen ‘Kelas Festival’ Danarto,
membuat pembaca sedikit pusing (sudah minum Panadol?) karena cerpen-cerpen
karya Danarto umumnya panjang hingga belasan halaman, dengan gaya bahasa tahun
80-an, nama-nama tokoh yang jadul dan rata-rata punya anak banyak, serta
surealistis abis.
Yang
terakhir ini justru membuat karya Danarto khas dan tidak mudah dijiplak penulis
lain. Bisa dipelajari, mulai dari cerpen ‘Godlob’, novel ‘Asmaraloka’ hingga
beberapa cerpen surealistis Danarto dalam antologi cerpen ‘Ikan-Ikan dari Laut
Merah’ yang sangat saya rekomendasikan bagi para penulis pemula untuk
mempelajarinya.
Membaca
kumpulan cerpen Danarto-begitu tulis Edi AH Iyubenu dalam pengantar buku
antologi cerpen ‘Ikan-Ikan dari Laut Merah’, sarat akan kasyful wujud (penyingkapan realitas) melalui senarai makna di
balik teks-teksnya. Tema-tema cerpen dan novel karya penulis sekaligus perupa
kelahiran 1940 ini memang sarat dengan tema religius, tepatnya tasawuf
(sufistik) yang sangat menarik karena dilebur dengan peristiwa keseharian
manusia hingga menjadi surealistis. Jauh dari kesan slapstick, dangkal, mudah diterka, dan fragmental. Karya Danarto
juga sarat dengan kritik sosial yang menusuk, terkadang diselipi humor
sarkastik. Sebagian orang-tulis Edi-mengistilahkan genre ini dengan sastra
profetik atau asketisme, yang senantiasa meniscayakan peleburan diri
manusia-Tuhan.
Meskipun
terdapat beberapa kekurangan yang telah saya ulas di atas, menurut saya, para
penulis pemula mesti membaca cerpen-cerpen surealistis-profetik karya maestro
cerpen yang satu ini agar wawasan dan referensinya luas.
Danarto
merupakan salah seorang penulis Indonesia yang karya-karyanya sangat saya
rekomendasikan bagi para penulis pemula yang sedang mencari referensi bacaan
bermutu karya penulis tanah air, selain Seno Gumira Ajidarma, Pramoedya Ananta
Toer, Eka Kurniawan, dan Ziggy. Selamat membaca.
No comments:
Post a Comment