Header Ads

Mengenal Budaya Antar Tumpang Melayu Landak

EntrepreneurKreatif.com- Menurut kepercayaan masyarakat yang hidup di sepanjang aliran sungai Kapuas di Kabupaten Landak, Kalbar, tempo doeloe,segala bencana alam, hujan deras, angin kencang, banjir yang terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar (1472-1542), disebabkan oleh kemarahan mahluk gaib kepada masyarakat. Kemarahan tersebut terjadi karena manusia telah merusak alam dan bersikap kurang bersahabat terhadap para mahluk yang hidup di alam gaib. Dengan kata lain, agar tidak terjadi bencana alam tersebut masyarakat harus menjaga mahluk gaib tersebut agar mereka tidak marah pada manusia. Satu diantara cara yang dilakukan oleh masyarakat landak untuk menghindari kamarahan mahluk-mahluk gaib tersebut adalah dengan melaksanakan budaya adat Antar Tumpang Melayu Landak.

foto: sumbangan Ocon Robiansyah
Sebagai kegiatan untuk “merayu” mahluk gaib agar tidak marah dan menimbulkan bencana alam, pelaksanaan adat antar tumpang di penuhi dengan hal-hal mistis dan simbolis. Misalnya penggunaan ayam kampung jantan sebagai simbol kemandirian. Ayam kampung selalu berusaha untuk mencari makan sepanjang hari dari subuh hingga menjelang petang. Begitu juga manusia dalam menjalani hidupnya harus berusaha mandiri tidak perlu menunggu disantuni atau mengharap bantuan orang lain. Adat Antar Tumpang juga sering digunakan pada saat masyarakat Landak mau mengadakan pesta pernikahan, pesta panen padi dan pesta buang adat. Sebagi bentuk rasa saling menghormati antar mahluk gaib dengan manusia. Jika adat antar tumpang tidak di laksanakan maka akan menimbulkan kemarahan pada makhluk gaib dalam bentuk benca alam.

Bahan-bahan yang digunakan untuk Adat Antar Tumpang

Sesuai dengan namanya, maka benda utama yang harus ada dalam acara antar tumpang ini adalah tumpang. Tumpang yang berbentuk keranjang yang terbuat dari anyaman daun kelapa yang masih muda.
1.    Ayam kampung jantan yang telah di panggang. Ayam kampung digunakan untuk mengingatkan kedua mempelai agar hidup secara mandiri dan tidak minta dikasihani, sebagaimana ditujukkan oleh sifat dari ayam kampung.
2.    Nasi 5 warna nasi ongko 5 warna
a. Warna putih
b. Warna merah
c. Warna hitam
d. Warna kuning
e. Warna hijau 
3. Sente  atau sekapur sirih
4. Pulut atau lemang
5. Telur ayam kampung merupakan simbol kebersihan hati dan kebulatan tekad
6. 1 Mangkok nasi kuning sebagi wadah untuk menyimpan segala kegembiraan.
3.     1 Butir Cucur yang melambang manisnya kehidupan.
4.     1 Batng lilin merah sebagai  penerang kehidupan.
5.    1 buah paku di setiap tumpang tersebut melambang kerasnya kehidupan.


     Mantra yang digunakan di dalam prosesi adat antar tumpang ini adalah mantra berbahasa melayu landak yaitu:
             “Ape Kate e To’ Kame Bekabar – berpadah kepada Sida’ yang Nunggu Ae’ kame minta jagakan anak Ucu’ Side’ yang mao megang Gawe atau mao ngawinkan anak si Anu’ dengan si Anu’ to’ lah kami beritaukan dan berkabar jangan na’ ngaru, na’ ngacau gawe kame atau gawe anak ucu’ sida’ dan kame minta dijagakan takut mungkin mao’ ngacau sida’ tegakan jangan ngacau anak ucu’ baik yang dari darat dari laot,” 

artinya: apa yang kami kerjakan ini adalah untuk memberitahukan kepada sang makhluk halus agar tidak menggangu acara yang kami kerjakan ini. Baik penguasa laut dan daratan agar tidak menggangu kami.

Nilai-nilai yang Terkandung Dalam Antar Tumpang

Bagi masyarakat melayu Landak Adat Antar Tumpang ini mengandung nilai-nilai kehidupan. Dimana nilai-nilai tersebut merupakan potretan masyarakat yang hidup saling berinteraksi dalam membangun hubungan yang harmonis dengan alam di sekitar mereka.

Selain itu juga ada penghormatan kepada alam. Alam tidak saja menjadi tempat manusia hidup, tapi juga menjadi sumber manusia mendapatkan kehidupan. Alam akan menjadi sumber penghidupan bagi manusia apabila manusia memperlakukannya secara baik. Tetapi jika manusia memperlakukan alam dengan semena-mena, maka alam akan menjadi sumber malapetaka bagi kehidupan manusia. Kedua, nilai gotong royong dan solidaritas sosial. Beban berat akan menjadi ringan jika ditanggung secara bersama-sama. Pesan itulah yang dapat kita ambil dari pelaksanaan Upacara Antar Tumpang. Ketiga nilai religius. Melalui Upacara Antar Tumpang, kita dapat melihat apa dan bagaimana keberagaman masyarakat landak.

Pelaksanaan Adat Antar Tumpang merupakan cara yang dilakukan masyarakat landak untuk membangun hubungan yang harmonis dengan alam. Bagi kami hubungan baik dengan alam akan menghindarkan kami dari segala macam bencana.

Mengenal Budaya Antar Tumpang Melayu Landak ini juga menyadarkan kita bahwa keyakinan mampu menjadi modal untuk menyelamatkan lingkungan. Nenek moyang orang landak telah mengajarkan bagaimana menjadikan keyakinan sebagai media untuk menyelamatkan lingkungan. Melihat pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam Antar Tumpang dalam pelestarian lingkungan, maka sudah seharusnya jika para pemangku kepentingan bersama-sama melestarikan dan mengembangkan Antar Tumpang ini. Jika cara-cara lokal dalam menjaga lingkungan terus dilakukan, maka kita akan menyaksikan alam yang terlestari.

 sumber cerita: Ocon Robiansyah







No comments:

Powered by Blogger.