Membaca untuk Menulis
EntrepreneurKreatif.Com-Membaca untuk menulis (kembali) tidak sama dengan sekadar
membaca untuk kesenangan belaka saja.
Ketika kita ingin menghasilkan sebuah tulisan, baik berupa opini/ artikel
maupun tulisan fiksi seperti cerpen atau
puisi misalnya, maka kita wajib membaca tulisan/ buku terkait di bidang
itu. Contoh, jika ingin menghasilkan sebuah puisi yang bagus, bacalah
puisi-puisi yang dimuat di majalah Horison atau buku antologi (kumpulan) puisi
karya penyair kawakan, mulai dari Taufik Ismail hingga Aan Mansyur. Pelajari
diksi (pilihan kata) yang mereka gunakan dan mulailah menulis. Lama-kelamaan,
kita akan mempunyai gaya khas sendiri.
Saya sangat tidak setuju dengan
sebagian teman-teman penulis yang memfilter bacaan mereka. Misalnya, ada
sebagian teman-teman penulis cerita
‘islami’ yang hanya mau membaca novel
atau cerpen karya Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Habiburahman El Shirazy dan
penulis islami lainnya. Paling ‘parah’ novel karya Tere Liye. Bagi pembaca
awam, tentu sah-sah saja memfilter bacaan seperti itu. Tapi menurut saya, bagi
seorang penulis, hal itu tentu sangat merugikan. Kenapa? Pertama, wawasan kita
menjadi sempit. Kita tidak mengenal penulis lain di luar genre islami. Saran
saya, bacalah kumpulan cerpen, puisi, atau novel karya penulis di luar genre
itu, agar SobatPreneur mendapatkan yang kedua, yaitu diksi yang sangat ‘kaya’.
Memperkaya diksi bisa didapat dari
banyak membaca buku fiksi. Maka, jangan batasi diri dengan hanya mau membaca
novel/ cerpen/ puisi karya penulis tertentu saja. Kalau saya memfilter diri
dengan hanya mau membaca karya penulis tertentu saja yang isi ceritanya ‘sopan’
dan tidak ‘mengumbar aurat’, saya tidak akan tahu ada novel terbaru Eka
Kurniawan berjudul O. Ya benar, cuma satu huruf: O. O ceritanya sangat unik dan berbeda dari
novel-novel Eka sebelumnya. Tokoh utamanya seekor monyet. Baca deh. Di
perpustakaan daerah tempat SobatPreneur pasti ada dan bisa dibawa gratis.
Membaca untuk menulis juga bisa kita
lakukan untuk tujuan tertentu, misalnya mengikuti lomba cerpen/ novel. Jika
ingin mengikuti lomba penulisan novel teenlit, misalnya, singkirkan dulu
novel-novel karya Pramoedya Ananta Toer yang ‘berat’ dan membuat otak pengin
meleleh itu. Bacalah novel-novel teenlit best-seller atau pemenang lomba
serupa. Sekarang ini, banyak penerbit teenlit yang berpatokan pada wattpad.
Mereka berlomba menerbitkan novel-umumnya teenlit dengan melihat
banyak-tidaknya jumlah viewer yang membaca novel itu di wattpad. Jangan heran
kalau toko buku sekarang dijejali dengan novel-novel teenlit dengan tulisan
mencolok di sampulnya: telah dibaca 10 juta orang/ viewer di wattpad.
Mengenai masalah ini, sebagian
penulis dan pembaca mempertanyakan kualitas novel-novel wattpad itu. Ada banyak
sekali penulis tak kenal wattpad yang karyanya sangat berkualitas dan laris
manis di pasaran, termasuk penulis novel teenlit. Beberapa novel karya Tere
Liye juga bisa dikategorikan sebagai teenlit. Tentu saja teenlit super keren
yang sering saya baca jaman SMP dulu adalah Lupus. Mungkin SobatPreneur juga
pernah membaca Lupus jaman sekolah dulu. Saya membaca hampir semua judul Lupus.
Saat ini saya memang sangat jarang membaca teenlit dan memang tidak bisa
menulis cerita remaja yang baik. Saya
lebih senang menulis cerpen dewasa. Mungkin karena faktor U ya. Hahahahanjir!
Menurut saya, teknologi hanyalah alat
untuk mempermudah kita. Tapi, kita harus tetap menghasilkan bacaan yang
berkualitas hingga tidak sekadar mengejar jumlah viewer semata tapi juga
benar-benar mampu menghasilkan karya yang memang layak baca. Syukur-syukur
sarat dengan pesan moral, karena remaja kita saat ini butuh bacaan yang sarat
dengan pesan moral yang menarik, keren, dan tidak menggurui. Setuju? Mending
setuju aja deh.
2 comments:
Tulisannya enak dicerna.
Moga aja diluar sana mereka bisa memperluas pemahaman ttg menulis utk membaca
makasih, om :)
Post a Comment