(Tidak) Semua Bisa Jadi Penulis
EntrepreneurKreatif.Com-Meski
terdengar pesimis dan bertentangan dengan pendapat umum yang tengah trend saat
ini bahwa semua (pasti) bisa jadi penulis, namun percayalah, tidak semua bisa jadi penulis (yang berkualitas). Hanya karena semua kita di negeri ini telah
belajar membaca sejak SD dan mendapat pelajaran Bahasa Indonesia selama 12
tahun dari kelas 1 SD hingga kelas 3 SMA, namun antara membaca dan menulis
adalah dua hal yang berbeda. Membaca adalah proses mengonsumsi, menulis adalah
proses memproduksi.
Namun,
tidak semua yang telah terbiasa mengonsumsi bacaan sejak SD, sudah pasti mahir
pula memproduksi bacaan. Ada sebuah proses yang harus kita semua lewati di antara proses mengonsumsi dan memproduksi itu,
yang bernama ‘jam terbang’. Jam terbang itu meliputi proses belajar selama
bertahun-tahun, ditolak, dikritik, dan berbagai proses lainnya yang wajib
dilalui oleh seorang ‘konsumen’ bacaan untuk bisa naik tingkat menjadi ‘produsen’ bacaan. Tidak mudah memang.
Penuh liku, terutama di awal belajar. Tidak ada sesuatu yang instan, ujuk-ujuk,
dan simsalabim dalam dunia penulisan.
Dunia
literasi (penulisan) adalah dunia yang sunyi. Dunia yang sendiri. Dunia yang
jauh dari ingar bingar dan sorotan lampu media yang membutakan. Penulis tidak
butuh itu. Jangan membuai mimpi para konsumen bacaan dengan menihilkan proses
yang bernama ‘jam terbang’ untuk bisa ‘loncat’ menjadi produsen bacaan secara
instan. Saya pribadi, bahkan sudah 12 tahun menekuni dunia kepenulisan dan
menghasilkan empat buah buku. Tapi hingga saat ini, saya masih terus belajar
dari para penulis senior dengan membaca buku-buku mereka. Apa yang saya
pelajari? Banyak. Terutama penulisan EYD yang benar, diksi sang penulis, dan
hal-hal teknis lainnya. Termasuk tentu saja, bagaimana si penulis mampu menulis
cerita yang membuat orang tertarik untuk membeli bukunya.
Saya
sendiri baru berani menulis novel setelah menghasilkan sekitar 20 buah cerpen
yang sebagian dimuat di media cetak lokal dan nasional. Tidak ujuk-ujuk. Tidak instan.
Saya sudah melewati ‘10.000 jam’ yang kira-kira setara dengan 2 tahun proses
jatuh bangun. Saya sudah melewati berbagai profesi dalam dunia kepenulisan,
kecuali menjadi penulis skenario film saja yang belum pernah saya jalani. Dan masing-masing
sub bidang itu punya aturan sendiri-sendiri yang harus dijalani secara sabar
sambil banyak belajar. Hanya karena Anda seorang penulis yang sudah
menghasilkan 4 buah buku (doakan yang kelima segera terbit), belum tentu Anda
pasti bisa menjadi jurnalis yang baik, menjadi blogger papan atas, atau penulis
puisi (baca: penyair) yang kece seperti Joko Pinurbo dalam waktu 3-4 bulan. Apalagi
jika sebelumnya memang tidak pernah menulis sama sekali.
Jalani prosesnya,
seberat apa pun itu. Jangan pernah berharap pujian terhadap hasil karya
kita-terutama karya perdana. Ikuti berbagai lomba kepenulisan lokal dan nasional
untuk menumbuhkan semangat kompetisi secara positif, meskipun tidak menang. Kirim
karya tersebut ke media sebagai test the
water terhadap kualitas karya
Anda. Jika karyamu sudah lebih dari tiga kali dimuat di media cetak/ online
kelas lokal, cobalah mengirimkannya ke media nasional. Jika semua itu tidak
berani Anda lakukan, maka mohon maaf, saya berani bilang bahwa tidak semua (orang)
bisa menjadi penulis. Tabik.
No comments:
Post a Comment