FORDEB Adakan Acara Diskusi Publik 'Timbang-Timbang Cagub Kalbar 2018'
EntrepreneurKreatif.Com-Forum Debat Era Baru (FORDEB) yang digagas Beni Sulastiyo (Bung Ben) mengadakan acara diskusi publik bertema ‘Timbang-Timbang Cagub Kalbar 2018’ bertempat di Balai Kopi Muzakki Jl.
Alianyang pada Kamis (5/10) malam.
Angga Ariska selaku moderator diskusi FORDEB |
Acara dihadiri oleh
sebagaian besar mahasiswa FISIP UNTAN dan para kaum millenials Kota Pontianak.
Acara tersebut menghadirkan empat pembicara yakni Pengamat Sosial Politik Beni
Sulastiyo (Bung Ben), Ireng Maulana (Dosen FISIP Untan) Hasan Basrie (Penggagas
Subuh Akbar Mujahidin) Budi Rahman (Komisioner Ombudsman Kalbar) dan Qodja
Galata. Diskusi ini dimoderatori oleh tokoh pemuda Kubu Raya, Angga Ariska.
BENI SULASTIYO: TOLAK
SKENARIO CALON TUNGGAL!
Bung Ben selaku
pembicara pertama menyebut, ada indikasi para politisi di Kalbar sedang
menskenariokan calon tunggal. Caranya dengan memborong seluruh partai untuk
mengusung satu Bakal Calon Gubernur.
“Skenario ini akan
sangat menciderai hak demokrasi rakyat Kalimantan Barat. Oleh karena itu,
apabila skenario itu benar-benar ada maka seluruh masyarakat Kalimantan Barat
harus menolaknya,” geram Bung Ben.
Beni menambahkan, pilkada adalah pesta demokrasi yang harus diorientasikan untuk memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memilih pemimpinnya. Maka sangat tidak etis jika para politisi merampas hak politik tersebut dengan hanya menyodorkan satu calon dalam Pilkada. “untuk apa pelaksanaan Pilkada yang dibiayai dengan uang rakyat yang sangat besar, jika rakyat tak diberi kesempatan untuk memilih pemimpinnya?”
Bung Ben mengingatkan
para pemimpin partai politik agar memahami esensi pelaksanaan pesta demokrasi.
Parpol tak boleh hanya memikirkan kepentingannya dan mengabaikan hak politik
warga negara. Menurut Beni cara berpikir seperti ini tidak benar. Cara berpikir
seperti ini akan membuat kualitas demokrasi kita menjadi mundur jauh ke
belakang. “Oleh karena itu skenario calon tunggal harus kita lawan,”
pungkasnya.
IRENG MAULANA: PILGUB
KALBAR HARUS KELUAR DARI FRAMING POLITIK ALIRAN
“Pilgub Kalbar 2018
harus bisa keluar dari bingkai politik identitas dan politik aliran. Sudah tak
jamannya lagi pemilihan kepala daerah dibawa-bawa kepada keterwakilan entis dan
agama. Cara berpikir itu sudah harus kita tinggalkan. Kita harus mampu membawa
kultur yang lebih rasional dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.”
Demikian disampaikan
Ireng Maulana, MA, pengamat politik Universitas Tanjungpura yang juga alumni
IOWA University Amerika Serikat dalam Diskusi FORDEB malam itu.
Ireng Maulana
menambahkan kemajuan sebuah daerah tak ditentukan oleh apa agama dan apa
etnisnya. Kemajuan sebuah daerah ditentukan oleh moralitas dan kompetensi para
pemimpinnya. “Oleh karena itu saya berharap seluruh politikus dan tokoh
masyarakat mulai berani membawa Pilgub Kalbar ini keluar dari framing politik
aliran”, ajaknya.
Dalam diskusi yang
diikuti oleh 80-an peserta itu, Ireng memaparkan berbagai macam data tentang
karakteristik Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Kalbar. Dalam paparannya
ia menjelaskan bahwa Cagub Kalbar ini akan diikuti oleh kontestan termuda yaitu
Karolin Margaret yang saat ini berumur 35 tahun serta yang tertua adalah Hildy
Hamid yang saat ini telah berusia 68 tahun. Umur calon-calon lain berkisar
antara 50 tahun ke atas.
Ia juga memaparkan
bahwa sebagian besar cagub telah memiliki pengalaman untuk menjabat sebagai top
eksekutif di berbagai Kabupaten dan Kota di Kalimantan Barat dan rata-rata
selama 2 periode, kecuali Karolin yang baru satu tahun menjabat sebagai Bupati
Kabupaten Landak. Selain itu Ireng juga menyampaikan fakta bahwa seluruh calon
telah memiliki pengalaman mengelola penduduk antara 100 .000 hingga 600.000
penduduk serta mengelola anggaran antara Rp700 milyar hingga Rp1,5 trilyun.
Untuk pengalaman mengelola penduduk dan anggaran ini yang tertinggi adalah
Sutarmidji.
Seluruh Cagub
rata-rata memiliki pendidikan di tingkat master. “Hampir semua cagub Kalbar
memiliki tingkat pendidikan setingkat master, bahkan ada yang memiliki tingkat
pendidikan setingkat Doktor. Namun ada pula yang hanya level sarjana”, ujarnya.
Ireng juga menjelaskan
para calon gubernur harus mampu menjawab tantangan Kalbar di masa yang akan
datang. Mereka harus mampu memikirkan hampir 6 juta penduduk, mampu mengelola
anggaran APBD sebesar Rp 4,5 milyar, serta mampu menjawab persoalan pengelolaan
sumber daya alam serta menjawab tantangan mengenai bonus demografi dengan
jumlah penduduk usia muda yang sangat dominan. “Kemampuan untuk menjawab
peluang dan tantangan itu tak ada hubungannya dengan latar belakang etnis dan
agama. Melainkan ditentukan oleh pendidikan, kompetensi dan pengalaman para
calon gubernur,” ujarnya.
HASAN BASRIE: PEMILIH
MUDA JANGAN CUEK BEBEK
"Dalam perhelatan
Pilgub Kalbar nanti para pemilih muda harus aktif turut terlibat dalam pesta
demokrasi. Para pemilih pemula jangan sampai golput. Salurkan hak pilih sesuai
dengan hati nurani."
Demikian yang
disampaikan oleh Hasan Basri, Penggas Subuh Akbar Kalbar dalam kegiatan Diskusi
FORDEB. Hasan Basrie mengatakan bahwa dalam perhaltan Pilgub Kalbar politik
aliran masih belum bisa kita elakkan. Namun ia menambahkan bahwa dalam hal
memilih calon pemimpin tersebut tetap pula harus mempertimbangakan kompetensi,
dan pengalaman. “Kita tak boleh asal pilih dalam pemilihan Gubernur Kalbar nanti.
Kita harus memilih yang terbaik”, ujar Hasan Basrie.
QODJA GALATA: AKHIRI
ERA PATRONASE POLITIK
Kemajuan Indonesia
mengalami hambatan karena masih dominannya kultur patron-client di masyarakat
kita. Karakter hubungan patron-client itu terjadi di segala lapisan masyarakat.
Dalam bidang pertanian dan perikanan ada hubungan antara petani/ nelayan
sebagai klien dan tengkulak sebagai patron-nya. Dalam bidang perdagangan
terjadi patronase antara pedagang grosir dan pedagang eceran. Dalam bidang
pemerintahan terjadi patronease antara borkrasi sebagai patronnya dan
kontraktor sebagai clientnya. Sedangkan dalam bidang politik terjadi patronase
antara figur nasional dengan anggotanya. Patronase ini yang sangat menghambat
kemajuan peradaban bangsa.
Demikian yang disampaikan
Qodja Galata, pengamat budaya dalam Diskusi FORDEB yang mengusung tema
Timbang-timbang Cagub Kalbar 2018 itu menambahkan, sudah saatnya anak-anak muda
tampil untuk mengugat praktek patron-client dalam segala bidang itu. “Harus ada
perbaikan dan kemajuan, termasuk dalam Pilgub Kalbar 2018”, ujarnya.
Walaupun akan sangat
sulit merubahnya, namun tradisi patron-client ini sangat merugikan dalam proses
regenerasi kepemimpinan bangsa. “Masak dari persoanal tani, nelayan,
perdagangan, tata pemerintahan hingga pilkada hanya ditentukan oleh segelintir
orang saja. Ini tidak baik”, ujar Qodja. Oleh karena itu, qodja mengingatkan
agar kite tetap dapat terus mengawal berjalannya proses Pemilihan Gubernur
Kalbar ini. Jangan sampai nasib daerah di masa yang akan datang hanya
ditentukan oleh satu atau dua orang saja, pungkasnya.
BUDI RAHMAN: CAGUB
MISKIN KONTEN
Mantan aktivis
mahasiswa yang kini menjadi Komisioner Ombusdman Kalbar, Budi Rahman, tampil
sebagai pembicara terakhir. Ia mengatakan, konten komunikasi bakal calon
gubernur Kalbar hampir semuanya tak memiliki isi pesan yang visioner, dan
jelas. Isi pesan mereka tak mampu memberikan harapan bahkan terkesan sangat
kuno. Hal ini menjadikan kita sebagai anak muda sangat prihatin.
Dengan banyolannya
yang khas Budi Rahman menyatakan jargon-jargon yang digunakan oleh para Bakal
Calon Gubernur itu bahkan lebih tua dari pertarungan antara dinasti syailendra
versus dinasti Sanjaya di tanah jawa ribuan tahun yang lalu. Dan banyolan
sarkasme yang cerdas Budi mengambil contoh tentang tagline “kita semua
bersaudara” yang diusung oleh salah satu calon. “Emangnya kita ini mau
berkelahi, emangnya kita sebelumnya tak bersaudara, emangnya kita seblumnya
bermusuhan?” tanya Budi, diringi tawa renyah peserta diskusi.
Namun
demikian, Budi Rahman menghargai slogan-slogan kuno yang masih diusung oleh
para figur. Budi Rahman juga mengatakan bahwa proses komunikasi pilgub Kalbar
nanti sudah semestinya lebih maju dari apa yang terjadi sebelumnya. Jika dulu
kita terjebak dalam issue politik identitas dan politik aliran, semestinya
pilgub 2018 nanti kita bisa lepas dari isu tak berguna itu. Kita harus lebih
smart dalam pilgub Kalbar. “Masak ponselnye udah smart, sehingga disebut smartphone,
tapi yang punya handphone tadak smart-smart,”
kritiknya.
No comments:
Post a Comment