Header Ads

Black Garlic Versus Kulina.Id

EntrepreneurKreatif.Com-Selain Berrykitchen, Black Garlic dan Kulina.id juga memiliki konsep layanan antar makanan. Bedanya, Black Garlic bukan makanan siap santap, tapi lebih berupa paket bahan makanan yang oleh konsumen tinggal diolah. Bahan-bahan tersebut sudah ditakar sedemikian rupa berdasarkan menu makanan dipilih.
Chief Product Officer Black Garlic, Olivia Wongso yang merupakan putri chef terkenal William Wongso  dan sekaligus salah satu co-founder Balck Garlic mengatakan, saat ia dan rekan-rekan lainnya mulai berumah tangga, sulit sekali mencari waktu untuk memasak dan mengolah makanan sendiri di rumah. Dari situ Olivia mencoba membuat solusi dengan mendirikan Black Garlic, startup kuliner di mana konsumen bisa pesan bahan makanan, lalu tinggal olah sendiri. Itu tentu berguna bagi keluarga yang kesulitan memasak karena waktunya habis akibat aktivitas di luar, dengan lalu lintas Jakarta yang kian macet.
foto: lifestyle.liputan6.com
Tersedia banyak menu pilihan menu di situs Balck Garlic yang selalu berubah-ubah tiap minggu, termasuk menu untuk sarapan. Bedanya dengan Berrykitchen, layanan di Black Garlic tidak on demand alias bisa dikirim saat itu juga. Konsumen yang ingin memesan makanan via situs Balck Garlic harus melakukan transaksi paling lambat dua hari sebelum makanan diantar. Walau begitu, Olivia melihat ini sebagai solusi karena konsumen sudah tahu akan makan apa dalam beberapa hari ke depan.
Selain itu, Kulina. Id, platform pemesanan makanan online dirintis Andy Fajar Handika ini memudahkan konsumen memesan makanan secara online. bedanya, kulina.id tidak memproduksi makanannya sendiri, melainkan diracik dari para pengusaha-pengusaha katering yang tergabung di Kulina.id. Jadi, Kulina.id ibarat marketplace untuk para pengusaha katering. Mereka menawarkan makanannya di etalase online yang telah  tersedia, dan konsumen tinggal pilih. Selanjutnya, Kulina.id akan mengantarkan hingga ke tempat konsumen. Saat ini Kulina.id bisa diakses lewat situs dan aplikasi di platform Android. Seperti Black Garlic, Kulina juga bukan platform on-demand, tapi benar-benar tempat memesan untuk jam makan siang serta makan malam.
foto: kulina.id
Walau tidak mau membuka berapa angka pastinya, CEO Michael Saputra, rekan Olivia yang juga co-founder Black Garlic mengungkapkan, ia  dan rekan-rekan sesama co-founder lain harus merogoh kantong lebih dari Rp 500 juta. Sedang biaya membangun Kulina sebesar US$100.000, termasuk langsung membangun aplikasi berbasis Android.
Saat ini Black Garlic mengaku juga sudah didanai oleh dua investor. Ketika aplikasi berbasis smartphone sedang digodok, Black Garlic terus membangun awareness lewat channel-channel online, mulai dari sosial media sampai marketing via email. Sementara Kulina masih fight dengan dana investasi awal tersebut. Andy mengakui lewat modal sebesar itu, Kulina bisa beroperasi dalam jangka waktu satu tahun. Namun, ia juga tidak menutup kemungkinan untuk menghadirkan investor masuk ke dalam usahanya, walau tidak mau terburu-buru. Mereka sedang fokus untuk menambah partner katering yang sekarang berjumlah 200-an, serta terus berusaha memperbaiki aplikasi Android yang dirasa belum sempurna.
Ada atau belum ada investor, tech startup di bidang kuliner memiliki skema bisnis tradisional namun sangat jelas. Mereka mengambil profit dari makanan dijual. Dan biaya produksi sudah termasuk dengan biaya pengantaran, sehingga konsumen membayar hanya untuk makanan tanpa ongkos kirim. Jika  Olivia dan Michael belum mau membuka berapa profit setiap kali unit makanan terjual. Kulina.id mengaku mengambil profit 15% sampai 25% dari makanan terjual.
Sumber: marketers.com


No comments:

Powered by Blogger.