Header Ads

Kasus Sari Roti dan Dahsyatnya Kekuatan Ekonomi Kelas Menengah Muslim Indonesia

EntrepreneurKreatif.Com-Kasus Sari Roti dan Dahsyatnya Kekuatan Ekonomi Kelas Menengah Muslim Indonesia bermula dari Aksi Super Damai 212 tempo hari. Ketika jumlah massa yang diperkirakan menembus angka total 7,5 juta itu melaksanakan aksi sholat Jum’at di halaman Monas dan sekitarnya sembari menyerukan tuntutan kepada gubernur non aktif DKI Basuki Tjahaja Purnama agar segera dijebloskan ke penjara karena telah menistakan Surah Al Maidah ayat 51. Di aksi itu, hidangan (Al Maidah secara harfiah berarti hidangan) berlimpah ruah dan gratis. Salah satunya begitu mudahnya umat mendapatkan Sari Roti dari para penjual roti keliling (hawker tricycle) di Hari Jumat (2/12/2016) lalu.

Alhasil, Sari Roti sempat menjadi trending topic urutan pertama di Twitter karena saat itu banyak pedagang Sari Roti berjejer dan menempelkan label “gratis” di gerobaknya dan membagikan roti yang mereka jual tanpa meminta uang. Namun, ‘pujian’ itu ontak terhenti saat pihak Sari Roti kemudian membantah mendukung aksi super damai tersebut dan menyatakan itu bukan dari mereka sebagai produsen.



PT Nippon Indosari Corpindo Tbk memberikan bantahannya melalui website resmi Sari Roti, www.sariroti.com, tentang adanya penjual perorangan merek roti mereka (Sari Roti) yang melakukan aksi bagi-bagi roti gratis dalam aksi super damai 212 yang digelar di Monas, Jakarta Pusat. Berikut bagian yang mengandung kontroversi tersebut seperti dikutip dari m.tempo.co yang memicu merosotnya saham Sari Roti (kode saham ROTI) pada Senin (5/12) silam.

Demikian informasi ini kami sampaikan agar tidak terjadi kesalahpahaman di berbagai pihak. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk berkomitmen selalu menjaga nasionalisme, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika, serta tidak terlibat dalam semua aktivitas kegiatan politik.

Kalimat yang di-bold itulah yang memicu umat Islam yang melakukan Aksi Super Damai 212 kemarin marah besar dan memboikot Sari Roti karena seolah pihak Sari Roti menuduh bahwa Aksi Super Damai 212 kemaren  tidak nasionalis serta berpotensi mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika. Luar biasa!

Ternyata aksi boikot tersebut membuahkan hasil. Terbukti, saham ROTI turun cukup dalam menyusul konfirmasi ROTI yang membantah telah memberikan dukungan terhadap aksi damai 2 Desember 2016.

Berdasarkan pantauan di RTI Business, pada penutupan perdagangan sesi pertama, harga saham ROTI terpantau turun 0,66 persen atau 10 poin ke level Rp 1.510 per lembar saham. 

Sebelumnya, saham ROTI dibuka flat dari penutupan kemarin di level Rp 1.520. Saham sempat turun di level terendah sebesar 1,31 persen atau 20 poin di harga Rp 1.500. Ada pun harga saham mencapai level tertingginya di posisi Rp 1.525.Saham ROTI hingga sesi I perdagangan melibatkan transaksi 40,4 ribu lembar saham dengan nilai transaksi Rp 60,93 juta dan diperdagangkan sebanyak 93 kali.
Fenomena Gen-M

Jujur, saya tidak menyangka dampaknya bisa setragis ini. ternyata, selain konsumen terbesar Sari Roti adalah kaum muslimin, hal ini juga menunjukkan kekuataan daya beli kelas menengah muslim tanah air yang dikenal dengan istilah Gen-M atau Moslem Generation.

Yuswohady, Penulis buku #GenerationMuslim menerjemahkan Gen-M sebagai Konsumen muslim Indonesia membentuk tren pasar tersendiri selama 10 tahun terakhir dengan lebih mempertimbangkan unsur keagamaan. Mereka cenderung memilih produk-produk halal seperti kosmetika, fashion, makanan, bahkan produk perbankan syariah. Inilah karakteristik dari Gen-M.

Ia bahkan memperkirakan empat tahun ke depan, populasi penduduk Islam di Indonesia mencapai 233 juta jiwa. Prediksi ini berdasarkan data yang diolah dari Boston Consulting Grup (BCG) yang memperkirakan pada 2020 Indonesia dihuni oleh 267 juta jiwa, dengan jumlah kelas menengah 62,8 persennya atau 147 juta jiwa. Gen-M telah menjadi sebuah redefinisi baru dalam pasar Indonesia. Mengenal generasi ini menjadi kunci penting dalam memenangkan pasar.

Pasar Gen-M 

Kekuatan pasar Gen-M dapat dilihat dari fenomena peningkatan signifikan keberangkatan jamaah umrah ke tanah suci dalam beberapa tahun terakhir. Menurut catatan Kantor Urusan Haji Kemenag, pada 2015 ada sebanyak 5.602 jamaah umrah berangkat ke tanah suci. Ini menjadi ladang besar bagi bisnis umroh di tanah air.

Industri film dan sinetron juga merasakan kekuatan pasar Gen-M. Tema-tema film religi begitu digemari masyarakat. Kini, hampir di setiap sinetron menampilkan pemeran wanita yang memakai jilbab sebagai hal yang lazim. Industri fashion muslim pun ikut kecipratan rejeki, desainer-desainer muda seperti Dian Pelangi, Zaskia Mecca, Annisa Hasibuan, dan Zaskia Sungkar beberapa di antara perancang busana muslim yang namanya berkibar di dunia fashion.

tirto.id menulis, Gen-M muncul sekitar periode 1989-1993, pada 1990 Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) sebagai wadah organisasi cendekiawan lahir dan menjadi wadah perkembangan Islam di Indonesia. Pada 1991, SK Dirjen Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No100/C/Kep/D/1991 juga memberikan kebebasan bagi pelajar untuk berhijab. Peristiwa ini menjadi awal dimulainya revolusi hijab di Indonesia. Beberapa peristiwa juga menjadi tonggak awal kebangkitan pasar muslim adalah keberangkatan Presiden Soeharto untuk menunaikan ibadah haji dan didirikannya Bank Muamalat Indonesia tahun 1991 sebagai bank syariah pertama di Indonesia.

Kejayaan produk yang menyasar pasar kaum muslim terus berkembang di Indonesia. Kelahiran UU No 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, yang mewajibkan semua produk diberi label halal mulai diterapkan, dan menjadi tonggak baru bagi Gen-M di Indonesia. Perkiraan Yuswohady barangkali akan menjadi kenyataan, Gen-M akan terus jadi kekuatan penting di pasar Indonesia. Mengenal Gen-M barangkali sebuah keharusan, saat pasar tak lagi dipetakan dari sekadar abjad X, Y, dan Z saja. 


Menjelang Pilkada serentak 2018 nanti dan Pilpres 2019, tampaknya kekuatan Gen-M di bidang politik akan terbukti lagi, sebagaimana mereka telah membuktikannya di Pilkada DKI 2017 ini. Takbir!

No comments:

Powered by Blogger.