Selamat Berbuka Puisi
EntrepreneurKreatif.com-Sore kemarin (Minggu, 11 Juni
2017) saya menghadiri undangan berbuka puisi (ya, SobatPreneur tidak salah
baca) di Kafe Kamboja, Jalan Kamboja, Pontianak Selatan. Kafe itu bersisian
dengan Sungai Kapuas dan tidak jauh Jembatan Tol Kapuas. Sebenarnya saya letih
sekali hari itu, karena baru pulang dari menginap selama 3 hari 2 malam di
rumah abang saya, jam 13.00 wib langsung menyampaikan materi tentang
kepenulisan di Radio Mujahidin FM. Asli tepar!
Tapi sehari sebelumnya,
pas bukber di Kompas TV, saya dapat undangan resmi dari panitia, saya jadi
nggak enak kalau tidak datang. Apalagi teman sendiri yang ngundang. Akhirnya,
saya tiba mungkin sekitar jam 16.30 atau 17.00 wib, saya lupa. Memang telat
dari waktu dimulainya acara, pukul 16.00 wib. Penulis nasional asal Anjungan, Kalbar-yang
kini menetap di Yogyakarta, Bernard Batubara sudah usai memberi materi. Pas saya
tiba, penulis-tepatnya penyair-senior Kalbar, Zailani Almuthahar atau yang
kerap disapa Abah Zai, sedang berorasi. Yaelah, sore-sore orasi, cyin. Abah menyampaikan pengalamannya
mendirikan komunitas penulis pada waktu itu (sekitar tahun 80an) dan proses
bagaimana cerpen serta puisi beliau bisa dimuat di satu-satunya koran di Kalbar
saat itu, Akcaya (sekarang bernama Pontianak Post, di bawah Jawa Pos Grup).
Di bagian lain, beberapa anak kecil
Gang Kamboja asyik membaca di lapak buku yang disediakan oleh Kalbar Membaca
dan Ngemil Buku. Panitia juga menerima sumbangan buku dari masyarakat dan para
undangan. Menjelang magrib, para perempuan pun mulai bergiliran membaca puisi
sembari diiringi biola dan gitar grup musik Manjakani. Beberapa media lokal
baik tivi maupun surat kabar, turut meliput. Meriah sekali. Ditambah pemandangan
perahu wisata yang hilir mudik di Kapuas, serta lampu-lampu yang mulai menyala.
Syahdu abis.
Selain Manjakani (mirip nama obat
kuat, ya?) ada juga musisi sekaligus penyanyi senior Kalbar, Puck Mude, yang
sudah menelorkan beberapa album indie, turut memeriahkan acara sore itu. Sebelum
azan berkumandang, kami dipersilahkan mengambil es batu dan teh manis yang
telah disediakan panitia. Suasana kafe yang temaram dan outdoor semakin
menambah akrab suasana. Usai menyantap hidangan, saya dan teman, berjalan kaki
menuju surau yang tak jauh dari kafe untuk menunaikan sholat magrib. Setelah itu,
pulang.
Sungguh pengalaman yang tak
terlupakan, di mana semua elemen menyatu. Penulis nasional, gadis kecil yang
baru belajar baca puisi, musisi, penonton, masyarakat setempat, hingga rekan
media. Sangat merakyat. Jauh dari kesan elit dan ekslusif. Karena sesungguhnya
penulis dan penyair lahir dari rahim rakyat dan tak boleh berjarak dengan
rakyat. Selamat Berbuka Puisi.
No comments:
Post a Comment