Header Ads

Rahasia Sukses Berkarir Internasional

Tahukah Anda bahwa berdasarkan fakta:
- lebih dari 70% pekerjaan di dunia saat ini diisi oleh kandidat internal alias ‘orang dalam’? 
- lebih dari 50% karyawan memperoleh pekerjaan yang lowongan kerjanya tidak pernah       diiklankan di media?
- 70-80% pekerjaan didapat melalui networking dan hanya 5% dari iklan lowongan dan job fair

Karena itulah, metode konvensional seperti mencari iklan lowongan kerja di dalam surat kabar dan mengirim lamaran sebanyak-banyaknya sangat tidak efektif. Salah satu cara efektif non-konvensional yang sudah dipraktekkan langsung oleh penulis adalah dengan mengikuti internship program (magang) di institusi atau perusahaan yang ingin Anda tuju.


Buku RASBERI (RAhasia Sukses BERkarir Internasional) ditulis oleh Aretha Aprilia, Ph.D yang pernah berkarier di United Nations Environtment Programme (UNEP) di Bangkok, Thailand sebagai coordinator of the Asia Pasific Forum for Environment and Development (APFED) Showcase Facility. UNEP merupakan sebuah lembaga resmi di bawah PBB yang menangani masalah lingkungan dan perubahan iklim. 
FOTO: Vivi Al-Hinduan


4 strategi non-konvensional yang disarankan Aretha adalah:

1. Bersedia mengikuti program magang tanpa digaji
Banyak sekali lembaga internasional yang menawarkan kepada mahasiswa pascasarjana untuk bekerja di tempat mereka tanpa digaji, atau digaji dengan jumlah kecil. Saat magang, tunjukkan semua potensi yang Anda miliki di hadapan para petinggi atau ‘orang penting’ di lembaga/ perusahaan tersebut, agar suatu saat ketika mereka butuh karyawan tetap, Anda lah yang akan pertama kali dikontak.

2. Bersedia menerima tawaran kerja dari lembaga asing dengan short-term contract
Menurut kantor akuntabilitas AS, pekerja independen seperti konsultan dan freelancer sekarang berjumlah lebih dari 30% dari seluruh angkatan kerja di Amerika serikat. Banyak perusahaan besar di AS yang kini tidak mampu lagi menggaji karyawan full-time sehingga posisi freelancer dan karyawan short-time menjadi opsi terbaik.

3. Bersedia ditempatkan di mana saja dan kapan saja
Kebanyakan lembaga/ perusahaan internasional lebih tertarik merekrut karyawan yang memiliki pengalaman kerja dan exposure secara internasional dibanding sekadar ‘jago kandang’. Beberapa profesi tertentu seperti media berita internasional misalnya-baik cetak,TV, online- seperti BBC, CNN, Al Jazeera, memerlukan kontributor berita yang berani ditempatkan di mana saja dan kapan saja, termasuk di negara dengan tingkat kesulitan tinggi (hardship locations) seperti Afrika dan Timur Tengah yang sering dilanda perang, kekeringan ekstrim dsb. Menjadi wartawan perang merupakan pekerjaan dengan resiko paling tinggi di dunia, seperti diculik pihak pemberontak hingga kematian akibat terkena peluru nyasar. 

Sayang sekali, tidak banyak orang Indonesia yang berani meninggalkan comfort zone mereka. Menurut artikel di majalah The Economist tentang hasil survey kesediaan orang2 dari seluruh dunia untuk hidup dan bekerja di luar Negara mereka menunjukkan persentasi tertinggi untuk Asia diraih kaum pekerja dari India dan Filipina, sedang untuk Indonesia hanya 17%. 

4. Penguasaan bahasa asing
 Tidak harus menguasai aksen British, Australian, atau American, cukup berkomunikasi dengan lancar, mampu menulis  dan membaca dalam bahasa Inggris yang jelas dan mudah dimengerti orang lain. Salah satu kelemahan fatal orang Indonesia adalah kurang menguasai bahasa asing, terutama Inggris. Sebuah artikel di marketeer.com (versi online majalah Marketeer milik Hernawan Kartajaya) menyebutkan bahwa kemampuan bahasa Inggris orang Indonesia bahkan di bawah Vietnam! 

No comments:

Powered by Blogger.