Membangun Indonesia Melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi
EntrepreneurKreatif.Com-MembangunIndonesia melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi bukanlah sesuatu yang
mustahil, meskipun tidak semudah yang dibayangkan. Google memprediksi, pada 2025 Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi digital
terbesar di Asia Tenggara. Saat ini Indonesia telah memiliki 100 juta pengguna
internet. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia pada posisi lima besar pengguna
internet di dunia. berdasarkan laporan yang dihasilkan oleh Akamai, kecepatan internet di
Indonesia saat ini menempati peringkat ke-93 di Asia Pasifik.
Namun,
masih banyak kendala yang kita hadapi terkait infrastruktur Indonesia yang
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Banyak penduduk di batas negeri,
pedalaman, dan penghuni pulau-pulau terpencil, terluar, dan terjauh yang tidak
bisa mendapatkan akses internet.
Bagaimana dampak 20 Tahun Kehadiran TeknologiKomunikasi Nirkabel di Indonesia, terutama di daerah perbatasan dan pulau-pulau terpencil, terjauh, dan terluar?
Kondisi infrastrkuktur yang parah di daerah perbatasan serta pulau-pulau
terpencil, terjauh, dan terluar itu membuat banyak provider besar enggan memasang BTS (Base
Transceiver Station)
di sana karena dua alasan utama; jarak yang jauh sehingga membuat biaya logistik
mahal, dan minimnya jumlah pengguna layanan provider di tempat tersebut,
sehingga perusahaan provider akan rugi.
foto: ebizradio.com |
Ada beberapa solusi penggunaan Teknologi Komunikasi Nirkabel di Indonesia, untuk mengatasi sulitnya akses internet di daerah terjauh, terluar, dan terpencil itu. Di antaranya:
Program Xmart Village
2.0 yang diprakarsai PT. XL Axiata Tbk (XL) telah dimulai sejak
Januari 2015 dan bertempat di Desa Lamajang, Kabupaten Bandung dan Desa
Cipancing, Kabupaten Sumedang. Program ini merupakan kelanjutan dari program Xmart
Village 1.0 Di program Xmart Vilalge 2.0 ini, XL mengimplementasikan 12
inisiatif yang merupakan kombinasi inisiatif lama di Xmart Village 1.0 dan
inisiatif baru. Beberapa inisiatif tersebut antara lain pembuatan website
sebagai alat promosi wisata Lamajang dan Cipacing. Website ini nantinya
diharapkan mampu mempermudah masyarakat luas untuk mendapat informasi mengenai
berbagai aktivitas dan tempat-tempat menarik di kedua desa tersebut.
Sedangkan
program XL Xmart City, yaitu program
solusi digital terintegrasi untuk memecahkan masalah-masalah perkotaan seperti
antara lain urbanisasi, transportasi, dan kesehatan. solusi digital ini diaplikasikan
dalam sejumlah layanan antara lain less cash XL Tunai untuk
transaksi perbankan, aplikasi listrik pintar dua arah SIMPLY, pembayaran
PBB melalui solusi VPN, serta belanja online Elevania dan
Usahawan. Selain itu juga ada akses solusi kesehatan melalui komputasi
awan Xcloud Solution, serta jaringan CCTV melalui Video Xurveilance.
Selain
itu, PT XL Axiata Tbk melayani masyarakat di pulau-pulau terluar seperti Pulau
Weh - Sabang (NAD), Nias (Sumut), Kepulauan Natuna (Kepri), sejumlah pulau yang
berbatasan dengan parairan Singapura dan Malaysia (Kepri), Sebatik (Kaltara),
juga Biak (Papua). Sementara itu, di wilayah perbatasan darat dengan negara tetangga, layanan XL terdapat
di Entikong (Kalbar), Jayapura dan Merauke (Papua).
Salah satu langkah yang ditempuh
antara lain dengan membangun dan mengoperasikan infrastruktur jaringan
data dan internet di daerah terpencil dan perbatasan, termasuk
pulau-pulau terluar. Sebagai bagian dari implementasi visi tersebut, XL menambah infrastruktur
jaringan data dan internet di Pulau Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam, pada
Sabtu, 3 Oktober 2015 silam, yang diresmikan secara langsung oleh Menteri
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Rudiantara. Di pulau yang berjarak sekira 150 km
di Samudera Hindia, lepas pantai Aceh Selatan tersebut, XL memiliki 3 BTS 3G & 2 BTS
2G . Koneksi untuk layanan di pulau itu dilakukan dengan menggunakan satelit, yang
ditopang oleh menara BTS setinggi 30 meter.
2. Dengan
Satelit Nirkabel
Salah
satu solusi Teknologi Komunikasi Nirkabel di Indonesia untuk mengatasi
sulitnya akses internet di daerah terjauh, terluar, dan terpencil dengan
mengunakan satelit. Layanan
internet broadband berbasis satelit bisa dibilang menjadi
“penyelamat” bagi mereka. Penggunaan satelit juga memungkinkan akses internet
menjadi lebih cepat. Kecepatan unduhan melalui sistem ini bahkan telah mencapai
20 Mpbs. kebanyakan penyedia layanan internet broadband cenderung kurang mempedulikan daerah
seperti Papua dan Sulawesi, karena dianggap kurang menguntungkan dibanding kota
besar seperti Jakarta dan Surabaya.
Penggunaan
satelit untuk keperluan broadband ini sudah mulai dilakukan sejak 15
tahun lalu. Pada tahun 1970, kita dapat menyaksikan banyak parabola yang
dipasang di tiap atap rumah penduduk guna menikmati tayangan televisi. Di
Indonesia, Anda mungkin masih bisa melihat beberapa rumah masih menggunakan
parabola klasik, terutama di desa-desa di luar Jawa. Kini, telah hadir
satelit parabola internet, yang mana pengguna bisa membeli parabola untuk
internet rumahan dengan harga USD350 (Rp4,6 juta). Sementara parabola untuk
digunakan di area yang lebih luas seperti sekolah atau pusat komunitas,
harganya berkisar dari USD500 (Rp6,6 juta) sampai USD1.000 (Rp13,1 juta).
Kendala utama yang dihadapi oleh layanan
berbasis internet ini, terutama dirasakan oleh para gamer hardcore, yang banyak mengeluhkan
adanya lag dari layanan internet broadband berbasis satelit. Latensi adalah
pembeda utama dari layanan internet konvensional dan layanan internet berbasis
satelit.
Gangguan sinyal di
kala hujan adalah hal yang sering dikeluhkan oleh para pengguna internet
berbasis satelit. Di masa lalu, hujan lebat dan awan yang tebal memang kerap
menjadi batu sandungan bagi layanan ini. bagaimana solusi untuk mengatasi hal
tersebut? Open BTS adalah jawabnya.
Open
Base Transceiver Station (Open BTS) dianggap menjadi alternatif
menarik sebagai solusi permasalahan perang tarif telepon seluler atau pulsa
yang masih dianggap mahal. Pakar Telematika Onno W Purbo mengatakan kepada biskom.web.id bahwa Open BTS dapat menjadi solusi untuk membantu
daerah terpencil di Indonesia yang tidak tersentuh operator seluler, seperti di
pedalaman Papua.
Selain
area terpencil, Onno juga mengatakan bahwa Open BTS ini sangat baik didirikan
di kawasan pasca bencana yang infrastrukturnya rusak parah, juga di daerah
perbatasan, seperti di Entikong, yang merupakan wilayah
perbatasan Kalbar-Sarawak, Malaysia Timur.
Tapi,
banyak kendala yang dihadapi Open BTS ini. Selain terbatasnya perangkat
hardware, beberapa regulator mengenai teknologi internet di dalam negeri juga masih
membatasi penggunaan aplikasi Open BTS ini karena dianggap ilegal dan
membahayakan kelangsungan bisnis provider di tanah air.
Keunggulan
Teknologi Open BTS
1.
Biaya murah
Teknologi Open BTS bisa dirakit dengan harga yang jauh
lebih murah disbanding menggunakan
pemancar hardware yang membutuhkan biaya milyaran rupiah. Open BTS menggunakan pemancar
softwareyang hanya memakan biaya sebesar Rp 120 juta saja.
2.
Manfaat Bagi Pendidikan
Dunia pendidikan
dituntut untuk selalu senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi terkini, terutama mengenai penggunaan TIK
bagi dunia pendidikan di tanah air.
Open BTS menjadi
potensi yang sangat besar dalam pengembangan M-Learning, terutama mendorong
peningkatan mutu pendidikan di daerah terpencil, pedalaman, dan wilayah
perbatasan. Dengan open BTS, penyebaran informasi serta pembelajaran lebih
merata.
Saya berharap,
pemerintah dapat memperlunak regulasi tentang penerapan teknologi Open BTS saat
ini sehingga open BTS dapat diimplementasikan bagi kemajuan dunia pendidikan di
tanah air.
Selain itu,
teknologi open BTS juga dapat menjadi solusi dalam kondisi darurat, seperti
sulitnya mengakses teknologi informasi dan komunikasi bagi masyarakat di
pedalaman, pulau terpencil, dan wilayah perbatasan Indonesia.
Teknologi Open BTS
mempermudah akses terhadap telekomunikasi yang murah serta sangat bermanfaat
untuk daerah-daerah terpencil, wilayah perbatasan Indonesia, dan aerah yang
rawan terkena bencana alam. Saya berharap, semoga di masa yang akan datang, teknologi
Open BTS bisa diimplementasikan sebagai akses komunikasi, pendidikan,
pariwisata, dan di bidang pemerintahan.
Semoga seluruh
masyarakat Indonesia dapat merasakan dampak 20 Tahun Kehadiran Teknologi Komunikasi Nirkabel di Indonesia tanpa adanya kesenjangan
teknologi (digital). Dan masyarakat Indonesia di wilayah pedalaman, batas negeri, di pulau
terpencil, terjauh, dan terluar Indonesia juga dapat bersama-sama Membangun Indonesia melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Sumber data: dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment