Perempuan Dalam Novel Karya Pramoedya Ananta Toer
EntrepreneurKreatif.Com-Tujuh buah
novel karya Maestro Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, menempatkan perempuan
sebagai tokoh utama yang berani, feminis, dan terkadang menjadi korban
ketidakberdayaan keadaan. Ketujuh novel tersebut yakni Panggil Aku Kartini Saja, Midah (Si Manis Bergigi Emas), Bumi Manusia,
Larasati, Gadis Pantai, Arok Dedes,
dan Perawan Remaja dalam Cengkeraman
Militer. Yang terakhir ini adalah catatan Pram saat berkenalan dengan perempuan-perempuan Pulau Buru semasa ia ditahan di sana.
Beberapa perempuan tersebut berasal dari Jawa yang ditipu Jepang. Tentara
Jepang mengatakan mereka akan diangkut dengan kapal untuk disekolahkan di
Jepang. Nyatanya, para perawan remaja belasan tahun itu diangkut dengan kapal
untuk dibuang ke Buru. Selama perjalanan, mereka menjadi korban kekerasan
seksual para tentara Jepang. Itu adalah kisah nyata. Semacam memoir gelap
terhadap para gadis ABG Indonesia yang menjadi korban kebuasan nafsu penjajah
Jepang.
sumber: google.co.id |
Dalam novel Panggil Aku Kartini Saja, Pram menggambarkan sosok
Kartini sebagai anak seorang pejabat (patih) Jepara. Kartini tidak mendapat
kesempatan untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, karena faktor budaya
patriarki saat itu. Meski tidak sekolah
tinggi, Kartini banyak membaca majalah berbahasa Belanda dan pintar menulis
dalam Bahasa Belanda. Ia juga menjadi pelopor seni lukis, seni ukir, hingga
seni melukis batik tulis Jepara. Kartini juga mengajak kaum perempuan di Jepara
untuk selalu belajar. Kartini turut memperjuangkan kehidupan para pengukir
meubel di Jepara. Meskipun giat memperjuangkan feminisme terutama dalam
kesetaraan pendidikan pria dan wanita, namun ternyata Kartini sebenarnya tidak
ingin melawan kodratnya sebagai perempuan, karena Kartini mengerti bahwa perempuan
tidak akan pernah melampaui kodratnya sebagai perempuan. Kodrat antara
laki-laki dan perempuan memang berbeda.
Sementara Bumi Manusia menceritakan tentang sosok
Nyai Ontosoroh, seorang istri simpanan (gundik) petinggi Belanda. Meskipun
tidak mengecap pendidikan formal, ia tetap rajin belajar untuk meningkatkan
derajatnya. Ia juga berani menentang kebijakan pemerintah kolonial
Hindia-Belanda yang sangat menindas kaum perempuan pribumi kala itu.
Gadis Pantai merupakan novel yang
berkisah tentang lelaki bangsawan Jawa
yang menikahi perempuan kebanyakan. Meskipun seorang bangsawan Jawa telah
berkali-kali menikahi perempuan kebanyakan-bukan dari kalangan ningrat-ia tetap
dianggap masih perjaka. Sementara si Gadis Pantai (dalam novel tidak disebutkan
namanya) dianggap sebagai sahaya. Sebagai seorang sahaya, apabila ia melahirkan
anak perempuan, maka ia langsung dikembalikan ke orangtuanya dan anak itu
diambil pihak suami. Si sahaya hanya diberi uang ganti rugi. Gadis Pantai
menggambarkan ketidakadilan terhadap perempuan kebanyakan saat itu. Novel ini
menikam langsung ke jantung feodalisme Jawa.
sumber: uniqueblog |
Dalam Arok Dedes, sosok Ken Dedes digambarkan sebagai
sosok yang cerdas. Novel ini berlatar Kerajaan Kertajaya, yang mana Ken Dedes
merupakan gadis yang tidak pernah mengecap bangku sekolah. Ibunya meninggal
dunia saat Dedes masih kecil, dan ia diasuh oleh ayahnya, diajari menghafal
mantra.
Ken Dedes merupakan
satu-satunya perempuan saat itu yang sudah memikirkan bagaimana meraih kedudukan
di Kerajaan Kertajaya. Ia dipaksa menikah dengan Tunggul Ametung dan dijadikan
selir. Ken Dedes yang sakit hati dan menyimpan dendam, merencanakan membunuh
Tunggul Ametung melalui tangan Ken Arok. Akhir kisah, Ken Dedes berhasil
mendapat tahtanya dan menikah dengan Arok. Namun, budaya patriarki yang tidak
mengijinkan perempuan untuk memimpin, membuat Dedes terpaksa menyerahkan
tahtanya kepada Arok.
sumber: makaryo |
Larasati adalah
nama tokoh utama dari novel yang berjudul sama. Novel ini ini berkisah tentang
sosok perempuan yang memperjuangkan pendidikan dan kemerdekaan Indonesia. Selain mengutamakan pendidikan, para
tokoh perempuan dalam ketujuh novel tersebut juga mengalami perjuangan seara
fisik, dan berbagai bentuk penindasan serta ketidakadilan. Mereka semua adalah
tokoh (fiksi) perempuan yang hebat dan mewakili setiap zaman. Di sampul
belakang novel Larasati, Pram menulis satu kalimat yang sangat patriotik:
Kalau hidup, dengan berani. Kalau mati, dengan berani. Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah kita.
Pram
menggambarkan sosok perempuan yang (di) kalah (kan) dalam pertaruhan hidup pada
novel Midah, Si Manis Bergigi Emas. Dikisahkan, mulanya Midah adalah putri
seorang Haji Abdul yang kaya, taat beragama, dan terpandang di Jakarta pada
tahun 1950-an. Ia menjadi anak tunggal
dan dimanja oleh kedua orangtuanya hingga usianya genap 10 tahun, sebelum ia
memeroleh tambahan adik kandung yang lahir berturut dan merampas kebahagiaan
dan perhatian yang didapat Midah selama ini.
sumber: pustakadonkala |
Kesukaan Midah
mendengar lagu dari penyanyi Mesir, Umi Kalsum, membuatnya ingin menjadi
penyanyi. Ketika ia tidak lagi mendapat perhatian orangtuanya, Midah sering
keluar rumah dan bermain di jalanan. Ia sering mendengar pengamen keliling
membawakan lagu Keroncong. Ia membeli beberapa piringan hitam musik Keroncong.
Ketika ayahnya mendengar musik ‘haram’ itu, Midah ditampar ayahnya.
Midah dinikahkan
dengan lelaki pilihan ayahnya, Haji Terbus yang kaya dan punya banyak istri.
Setelah tiga bulan menikah dan hamil, Midah melarikan diri dari rumah
suaminya.ia mengembara di jalanan Ibukota sebagai penyanyi Keroncong jalanan.
Midah mengamen ke sana ke mari sambil menggendong bayinya. Ia dijuluki Si Manis
oleh Kepala Rombongan Keroncong yang selalu menggodanya. Akhirnya, Midah yang
manis dan bergigi emas itu. Karena menolak ajakan kawin si ketua rombongan,
Midah akhirnya terusir dari rombongan itu. Bersama bayinya, ia mengamen sendiri
dari satu restoran ke restoran lain dan sering diusir.
Akhirnya Midah
bertemu Ahmad, seorang polisi lalu lintas yang mengajarinya menyanyi dan jatuh
cinta padanya. Ketika Midah hamil, Ahmad tidak mau menikahinya. Midah akhirnya
menjadi popular, merambah dapur rekaman, bahkan menjadi pemain film.
Kepopuleran nama Si Manis Bergigi Emas seiring dengan populernya nama Midah di
kalangan para lelaki hidung belang berkocek tebal dari berbagai kalangan dan
bangsa; Melayu, Arab, Tionghoa. Midah adalah perempuan yang berhasil meraih
mimpinya menjadi selebriti terkenal sekaligus kalah (secara moral) dalam hidup.
Itulah gambaran karakter para tokoh perempuan dalam novel karya Pramoedya Ananta Toer.
1 comment:
Bisa jadi inspirator gan.
Karyanya juga sudah banyak dikenal...
Tapi kalau ane sih lebih sering dengar yang judulnya Panggil Aku Kartini Saja
Post a Comment