Header Ads

Kumpulan Puisi Karya Vivi Al-Hinduan


EntrepreneurKreatif.Com-SobatPreneur suka baca puisi? Sudah pernah baca puisi di bawah ini?


SEMESTA, JANGAN PULANG MALAM  INI




Semesta, dengarkan aku!
Jangan pulang malam ini
Sebelum ayahmu yang buas tertidur pulas
Sebelum azan subuh menggema  di lorong jiwamu yang kosong
Sebelum daun-daun berguguran  berkilauan disinari mentari

Semesta, aku mohon!
Tolong jangan pulang malam ini
Hingga tetes embun mampu menghapus tetes airmata mu,
Hingga tubuhmu yang ringkih tak lagi perih kala ditindih,
Hingga bilur-bilur duka di jiwamu yang kering mengering

Semesta, aku tak sanggup lagi
Mendengar jerit tertahan ditengah malam
Melihat tetes darah yang entah ke berapa ribu kalinya jatuh membasahi bumi
Membaca kisahmu di koran-koran pagi negeri ini

Semesta,
Jika kau tetap pulang malam ini
Menangislah yang merdu
Agar burung-burung surga  mendengarmu lirihmu
Dan membawamu terbang kesana
Jauuuh……
Dan tak pernah kembali


(BUKAN) PUISI CINTA




“ Berhentilah menulis puisi cinta yang melankolis!”, bentakmu.
Aku termangu. Bisu.
Kau kembali berkata,
“ Lihatlah sekelilingmu! Hutan-hutan menangis. Bumi menjerit. Aliran sungai tersumbat limbah. Tidakkah kau lihat disana? Ribuan janin dikubur massal di tumpukan sampah untuk sekedar menutupi dosa ibu-ibu mereka?
Lalu disana, dan disana,
Para wakil kita tertawa licik melihat rakyat yang nasibnya terbelit pelik.
Sementara kau asyik meneguk kopi luwak di café hotel-hotel  mewah
Simbol sebuah kemapanan quasi
Menebar kartu namamu kesana kemari
Berharap mendapat sepotong proyek ambisi
Dan malamnya, kau kembali menarikan jari-jarimu yang tak lentik itu
Mewujud sebuah puisi yang kinyis-kinyis
Aku mohon padamu, Kawan. Berhentilah menulis puisi cinta yang melankolis.”


REPUBLIK WARUNG KOPI




Republikku bernama Republik Warung Kopi
Disini, bisa kau dapatkan segala jenis kopi
Mulai dari Kopi Pancong sampai Kopi Pangku
Sedaaap….

Republikku bernama Republik Warung Kopi

Setiap pagi, kau akan melihat rombongan Bapak-bapak Melayu duduk mengobrol di warung-warung kopi milik Si Akuang, Si Asiong, Si A Hong, atau Baba Lang

Kadang mereka hanya memakai sarung, belum mandi dan tak sempat gosok gigi
Sambil menghirup kopi panas dan bermain catur
Ada yang asyik membaca koran sambil menunggu kopi tersaji
Mantaaap…

Apa yang ada dipikiran Bapak-bapak Melayu itu? Aku tak paham
Pun tak berani bertanya langsung
Tidakkah mereka ingin bergegas mandi dan berangkat kerja?
Mencari nafkah untuk keluarga?
Atau barangkali sedang latihan serius untuk pertandingan catur 17-an nanti?
Oh, mungkin mereka para pegusaha sekelas Ciputra atau Purdhi E Chandra
Yang berangkat kerja lepas Dhuha
Pikirku . Lugu.

Tak Melayu hilang di bumi
Tapi mereka tersesat disini
Di Republik Warung Kopi


MENEMUI : 3 SAHABAT LAMA

Sotong Pangkong, Keriang Bandong, Kopi Pancong
Apa kabarmu, sobat?
Jumpa lagi di Pontianak Kota Layak Anak (benarkah?)

Sotong Pangkong, Keriang Bandong, Kopi Pancong
Kudengar kalian masih bisa bertahan di kota ini
Dimana makanan-makanan franchise dari Amerika Serikat berebut menyerbu negeri
Tatkala Cappuccino menjadi primadona tuk lepas dahaga
Saat PS 3 berhasil mencuri tempat di hati anak-anak bangsa yang lupa budaya



SEMBARI MENUNGGU BERBUKA

Sembari menunggu berbuka
Kulihat senja berwarna Jingga
Kendaraan bermotor berebut memproduksi  polusi udara
Membuat bersin langit Khatulistiwa

Sembari menanti  adzan  Maghrib berkumandang
Kulihat kumbang-kumbang asyik mencumbu kembang
Seakan lupa sedang Ramadan
Ach!
(Pontianak, 10 Ramadan 1432 H/ 10 Agustus 2011)


NERAKA, SELAMAT  TINGGAL
Selamat tinggal, Neraka
Ijinkan aku menutup pintumu tuk sementara
Agarku leluasa bersama Sang Maha


MINGGU SORE DI ALUN KAPUAS PARK
Anak Layangan, pedagang  asongan, laki dan perempuan
Para pria melambai, hingga yang kekar menyeringai
Saat asyik menatap kumuhnya sungai
Tanpa sadar, isi dompetku tergadai

REMBULAN MERAH



Tidakkah kau lihat rembulan itu, Nak?
Warnanya merah beringas
Didalamnya bermukim monster yang ganas
Monster yang bermata nyalang dan garang
 Siap mengganyang.
 Aku melihatnya, Bunda
 Monster yang keluar dari rembulan merah
 Dia turun merayap, siap menyantap. Lahap melumat.

Tidakkah kau tahu monster apa itu, Nak?
 Itulah sang angkaramurka
Yang telah mencabik-cabik jati diri anak bangsa.
Aku tau, Bunda
 Monster itu bernama Pornografi
Yang datang kemari bersama globalisasi

Gimana komentar SobatPreneur setelah membaca Kumpulan Puisi Karya Vivi  Al-Hinduan?

2 comments:

Freddy Hernawan said...

tulisan dan karya-karya nya keren2 kak.. hayo terusin upload tulisan2nya

Vivi Al-Hinduan said...

makasih, bang freddy :)

Powered by Blogger.