Header Ads

Sulam Kelengkang dan Sulam Gem Sebagai Warisan Istana Kadariah Untuk Kota Pontianak

EntrepreneurKreatif.Com-Setelah menyusuri Gang Ramadhan, Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara,  ahirnya EntrepreneurKreatif tiba juga di rumah panggung itu. Rumah dengan tangga tinggi seperti model rumah Melayu tempo doeloe itu dipenuhi dengan berbagai model kursi pelaminan dan baju pengantin yang tersusun rapi dalam lemari kaca. Ya. Selama ini Sulaiman Al-Bansir (66) yang kerap disapa Ami (baca: paman) Sulai, memang membuka jasa penyewaan pelaminan khas Pontianak. Ami Sulai juga mendirikan Sanggar Melati di rumahnya dan berprofesi sebagai penata rias pengantin. Ia pun menjahit pakaian untuk pengantin pria dan wanita serta membuat sendiri pelaminan, dibantu dengan delapan orang  karyawan yang terdiri dari empat karyawan lelaki dan empat karyawan perempuan.

ket: penulis bersama Ami Sulai di kediamannya (foto: koleksi Vivi Al-Hinduan)

Penjahit Langganan Para Sultan Pontianak

Selain itu, ia juga menjahit sulam Kelengkang dan Sulam Gem pesanan kerabat Istana Kadariah Pontianak. Selama ini, masyarakat awam hanya mengenal Kain Corak Insang sebagai pakaian khas Melayu Pontianak. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa selain Kain Corak Insang, juga terdapat pakaian khas Melayu Pontianak yakni Kain Sulam Gem dan Sulam Kelengkang, yang memang hanya dikenakan oleh kerabat Istana Kadariah Pontianak, khususnya pada acara tertentu seperti pernikahan, pelantikan sultan, hingga wafatnya kerabat Istana.
foto: Vivi Al-Hinduan
Kepada EntrepreneurKreatif yang menemuinya, Ami Sulai mengaku sudah mulai menjahit sulam kelengkang dan gem sejak umur 10 tahun. Ia belajar langsung dari sang ibu, alm. Syech Salmah Al-Banser. Sampai sekarang, kegiatan itu masih ia tekuni dan menurun kepada para keponakannya. Dari tahun 1970-an atau sejak zaman alm. Pangeran Jaya hingga Sultan Pontianak saat ini, Sultan Syarif Abubakar Alkadri, Ami Sulai sudah diminta menjahit pakaian bagi semua kerabat Istana Kadariah Pontianak. Jahitan yang rapi dan tahan hingga ratusan tahun membuat Sultan dan para kerabat Istana Kadariah Pontianak mempercayakan pakaian kerajaan untuk dijahit Sulai. Saat ini, pakaian dari benang kelengkang  tidak terbatas di kalangan kerabat raja saja tapi juga dapat dikenakan oleh masyarakat umum untuk meyambut tamu kebesaran.

foto: Vivi Al-Hinduan

“Kecuali yang bermotif bintang-bulan, khusus bagi Sultan dan para kerabat Sultan Pontianak.” Ami Sulai menerangkan.
foto: Vivi Al-Hinduan
Ami Sulai juga mahir membuat kain singasana, kelambu pada Makam Batulayang (makam Kesultanan Pontianak), kelambu Sultan, pakaian Sultan hingga kelambu kerajaan Pontianak. Bahkan, Sulai juga dipercaya menjahit kelambu dan baju adat pengantin Melayu Pontianak di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.

Proses pengerjaan
Baju adat Kelengkang yang indah ini terbuat dari bahan utama kain beledru dengan sulaman benang kelengkang perak dan gem emas yang diimpor langsung dari Singapura. Benang  gem emas harus dipotong sesuai alur bunga. Untuk menjahit 1 set pakaian yang terdiri dari kain, baju, celana, kopiah, dan selendang, membutuhkan waktu selama satu bulan.

foto: Vivi Al-Hinduan
Harga jual 1 set pakaian khas Pontianak ini dibanderol Rp 10 juta. Ami Sulai mengaku, modal yang dikeluarkan juga cukup besar, terutama untuk membeli benang Kelengkang dan gem yang harus diimpor langsung dari Singapura dengan harga benang kelengkang per bungkus Rp 1,2 juta (isi 10 ikat).

“Untuk satu helai kain beludru harus memakai dua ikat benang  Kelengkang,” jelasnya.

Khusus menjahit Kelengkang, pria yang masih betah melajang ini melakukannya berdua dengan keponakannya. Sulaman Kelengkang buatannya sudah dipesan oleh pembeli dari Jakarta, Kuching, hingga ke Australia. Wow! Benar-benar Bikin Pontianak Bangge  ya, SobatPreneur?
ket foto: Benang Kelengkang (foto: Vivi Al-Hinduan)

ket foto: Benang Kelengkang (foto: Vivi Al-Hinduan)

ket.foto: Gem Emas (foto: Vivi Al-Hinduan)

Harapan ke Depan Terhadap Nasib Sulam Gem dan Kelengkang

Selain mengeluhkan minimnya perhatian Pemerintah Kota Pontianak terhadap penjahit tradisional seperti dirinya, Kendala lain yang ia hadapi adalah sulitnya mencari beludru kualitas terbaik, benang Kelengkang, dan gem emas. Karena menjahit Kelengkang menggunakan tangan, Ami Sulai mengaku, hal tersulit adalah ketika memotong benang Kelengkang dan menyatukannya ke benang dan jarum. Lelaki berdarah Arab ini menceritakan, pernah benang Kelengkang bergulung ketika hendak dipasangkan ke jarum dan terpaksa harus diluruskan lagi agar menyatu dengan kain beledru. Proses yang sungguh tidak mudah.

Ami Sulaiman (foto:Vivi Al-Hinduan)
Saat ini Ami Sulai merupakan satu-satunya penjahit Kelengkang di Pontianak. Dia berharap, ada penerus yang dapat menggantikannya untuk melestarikan pakaian tradisional ini agar tidak punah ditelan zaman. Semoga Pemerintah Kota Pontianak dapat menjaga dan melestarikan Sulam Kelengkang dan Sulam Gem Sebagai Warisan Istana Kadariah Untuk Kota Pontianak.



3 comments:

Dwi Wahyudi said...

Ini baru keren tulisannya, mengangkat khazanah budaya lokal. Wajar jika terpilih menjadi juara pertama lomba blog Bikin Pontianak Bangge. Semoge tetap semangat ye Kak...

Vivi Al-Hinduan said...

makasih, Yudi :) saya berharap, semoga tulisan ini dibaca oleh pihak Pemkot Pontianak dan mereka dapat memperhatikan nasib para entrepreneur kreatif seperti beliau ini serta turut melestarikan para pegiat industri fashion tradisional di Kota Pontianak agar tidak punah

Vj Rusmayana said...

Pantesan aja terpilih menjadi juara pertama lomba Blog ,artikelnya aja rapih

Powered by Blogger.