Dilema Kemajuan Teknologi Informasi: When Mr.Sarung Met Ms.Daster
Facebook is our voice. Twitter is our friend. Google is our
brain. Website is our home. YouTube is our mother, because from ‘her’, we
are born to be a star…
-nama pengarang kalimat di atas masih dalam penyelidikan-
EntrepreneurKreatif.Com-Hari gini sulit
dibayangkan kita bisa hidup tanpa kehadiran internet. Tulisan di atas-diakui
atau tidak-merupakan bagian keseharian hidup kita. Orang semakin tidak butuh
kantor dan jam kerja yang mengikat ala 9 to 5 (kalo di Pontianak biasanya 8 to
5), karena dengan internet, kita dapat berkantor di mana saja, termasuk di
media sosial. Mungkin ke depan, orang tidak lagi mengenal istilah pindah rumah
yang ribetnya Naudzubillah itu,
tapi berganti dengan acara pindah (domain) website/ blog atau pindah akun
medsos. Wuis, keren, ya, SobatPreneur?
Beberapa waktu lalu, Harian Pontianak Post memuat berita tentang
trend warkop-preneur alias para pekerja profesional dan pengusaha yang
menjadikan warung kopi sebagai kantornya. Di warkop yang tersebar di daerah
China town Pontianak seperti Gajahmada dan Tanjungpura itulah, mereka
berkantor, bertemu klien, bertransaksi, menghitung uang, menawarkan batu antik,
dan kegiatan lainnya, sambil minum kopi dan memesan nasi bungkus atau nasi
Padang yang berjualan di dekat warkop tersebut, untuk mengganjal perut. Tak
heran bila Walikota Pontianak menjadikan kawasan Gajahmada dan Tanjungpura
sebagai wisata coffee
street, terutama di malam hari.
Kemajuan teknologi internet juga membawa para pria untuk kembali
ke rumah, menjadi bapak rumah tangga sejati. Salah satu contohnya adalah
seorang editor film terkenal, Cesa David Luckmansyah yang sehari-hari bekerja
di rumah mengedit film. Cesa terkenal dan menyabet piala FFI (Piala Citra)
berkat hasil editannya di film Sang Penari. Selain itu,
film hasil editannya yang lain adalah Negeri 5 Menara, Tanda Tanya (?),
Hysteria, dll. Dalam wawancara dengan sebuah stasiun tivi di
acara Jendela
Rumah, ia mengungkapkan betapa rumahnya mempunyai arti yang sangat
penting.
“Saya dapat berperan sebagai pemimpin tim di lantai atas, yang
memimpin dan mengarahkan tim saya, turun ke bawah, saya menjadi pemimpin bagi
istri dan anak saya. So simple,” ujarnya kala diwawancarai untuk acara tersebut. Cesa juga mengatakan, “Kalo lagi stres atau letih
mengedit film di lantai atas, saya turun ke bawah. Nonton film (dari DVD).”
Karena alasan kesibukan dan waktu yang semakin terkorupsi, orang
tidak lagi sempat menghabiskan waktu berduaan bersama orang-orang terdekat,
bahkan untuk sekedar mojok di bioskop yang gelap. Film animasi made in Hollywood
berjudul i-Robots telah meramalkan itu.
Saya membayangkan, nanti barangkali ada pernikahan via Skype, di mana pengantin
pria (misalnya) seorang New Yorker asal Condet, Indonesia, berada di Amerika
Serikat sambil pake sarung dan kaos putih polos, sedang pengantin
wanitanya asal Desa Sepok Laut, Indonesia, yang lagi asyik nunggang induk
buaya, tentu saja memakai daster. Wali nikahnya didatangkan langsung dari Arab
Saudi sana. Tentu saja dengan biaya super irit, karena via Skype. Yihaa..!!
Dan jika itu terjadi, saya akan membuat
vlog berjudul DilemaKemajuan Teknologi Informasi: When Mr.Sarung Met Ms.Daster
No comments:
Post a Comment