Header Ads

30 Jurus Mengubah Nasib

EntrepreneurKreatif.Com-30 Jurus Mengubah Nasib adalah buku motivasi karya Prof. Dr. Ing. H. Fahmi Amhar, yang beberapa waktu lalu sempat berkunjung ke Pontianak. Fahmi Amhar adalah seorang Profesor Riset Bidang Sistem Informasi Spasial di Badan Informasi Geospasial (BIG) yang dulu dikenal dengan Bakosurtanal. Fahmi lulusan S1 dari Vienna University of Technology, Wina, Austria, di mana sebelumnya sempat kuliah selama 1 semester di Jurusan Fisika ITB. Fahmi meraih gelar Doktor di Vienna University of Technology  pada 1997.



Selain mengabdi sebagai PNS di BIG, ia juga mengajar di beberapa universitas seperti Jurusan Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Universitas Paramadina, Universitas Ibnu Khaldun, dan Universitas Muhammadiyah Magelang. Ia juga merintis training TSQ-Technoscience Spirituality Quotient, sebuah pelatihan guna melejitkan kreativitas ilmiah yang terintegrasi dengan kecerdasan spiritual.

Fahmi menulis buku ini tepat di hari pertama Ramadhan 1434 H lalu. 1 tulisan per hari yang ia tulis di note Facebokk-nya dan disebut ‘Kuliah Facebook’. Yang menarik, semua ‘jurus’ di buku ini diberi akhiran ‘si’. Mulai dari Ubah Konsumsi, Ubah Posisi, Ubah Informasi, Ubah Kompetisi, Ubah Kompetensi, hingga Ubah Konsistensi. Menarik sekali. Beberapa yang menurut saya menarik untuk dikupas, di antaranya adalah subjudul berikut.

1.    Hari-2: Ubah Posisi

Tulisan ini beliau buat di malam ke-2 Ramadhan.

Yang diubah setidaknya ada 3 macam: ubah secara fisik posisi tempat kita berada; ubah secara mental posisi/ kedudukan kita di dunia; ubah posisi kita terhadap suatu peristiwa.

Fahmi mencontohkan, ketika Rasulullah Saw menunjukkan kemuliaan dalam sholat berjamaah dengan menempati shaf pertama, itu berarti posisi menentukan prestasi. Dalam perjalanan dakwahnya, Rasulullah Saw berhijrah (berpindah posisi secara fisik) dari Mekah ke Madinah.

Mengubah posisi secara mental juga bisa kita lakukan sebagai jurus mengubah nasib. Kita dapat mengubah posisi sebagai ‘penonton’ menjadi ‘pemain’ di negeri ini. seorang muslim harus memiliki posisi mental sebagai hamba Allah yang hidup untuk beribadah kepada-Nya, pasrah dan lemah di hadapan Allah Swt. Namun, pada saat yang sama, sebagai khalifah Allah di bumi, ia harus mampu menjadi umat terbaik, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Ini posisi yang harus dipegang teguh oleh semua muslim, di mana pun dan dalam posisi apa pun mereka berada.

Mengubah posisi terhadap suatu peristiwa. Ketika ditimpa suatu musibah, apakah kita, apakah kita akan memosisikan diri sebagai victim (korban) atau survivor (pejuang)? Kalau kita memosisikan diri sebagai korban suatu peristiwa, maka kita akan menyalahkan pihak lain. Jika kita memosisikan diri sebagai penonton, kita salahkan saja korban dan kita tidak perlu bersikap apa pun. Namun, jika ingin Allah mengubah nasib kita menjadi lebih baik, maka kita harus memosisikan diri sebagai pejuang. Berpikir keras mencari solusi agar musibah/ masalah bisa kita atasi.

      Hari-16: Ubah Kompetensi

Tulisan ini beliau buat di malam ke-16 Ramadhan.

 Nabi Muhammad Saw mengatakan, tanda-tanda kehancuran suatu kaum/ masyarakat ketika suatu urusan diserahkan ke orang yang bukan ahlinya. Bukan kompeten di bidangnya. Saat ini, untuk menunjang keahlian/ kompetensi seseorang di suatu bidang, diadakan ujian kompetensi. Siapa yang lulus, berhak mendapat sertifikat kompetensi. Apalagi sekarang era pasar bebas MEA 2016, di mana seseorang bebas mencari nafkah di seluruh Negara ASEAN jika ia sudah mengantongi sertifikat kompetensi di suatu bidang. Delapan  bidang kompetensi yang wajib memiliki sertifikat khusus dan dapat bekerja di semua Negara MEA adalah perawat, dokter, akuntan,

3.     Hari-17: Ubah Kompetisi

Setelah mengubah kompetensi kita agar nasib kita juga berubah lebih baik, berikutnya yang harus dilakukan adalah mengubah kompetisi kita.

Kompetisi (persaingan) dibagi dua; internal dan eksternal. Kompetisi internal yang harus kita rubah agar Allah berkenan mengubah nasib kita menjadi lebih baik adalah dengan menang melawan diri kita sendiri. Ini adalah kompetisi yang paling sulit. Kita berhadapan dengan ego, hawa nafsu kita sendiri. Di lain pihak, kita harus senantiasa meningkatkan kompetensi diri untuk melampaui prestasi/ capaian yang pernah kita lakukan sebelumnya.

Kompetisi ekternal yakni berhadapan dengan orang lain. Di sinilah kita mesti cerdas menentukan arena kompetisi kita. Dalam dunia nyata, kadang ada pihak tertentu yang gemar memanipulasi arena pertandingan. Contoh yang terjadi ketika arena pertandingan kelas dunia seperti AFTA dan WTO yang ‘wasit’nya dari Negara maju. Ibarat sepakbola yang tidak seimbang, yang mana besar gawangnya beda, lapangan miring, salah satu kesebelasan dari negara miskin bahkan tidak memakai sepatu sementara dari negara kaya memakai sepatu terbaik yang mampu menendang jauh bola ke gawang lawan. Pada kompetisi yang tidak fair seperti ini, lebih baik kita jangan ikut.

4.     Hari-18: Ubah Relasi

Kita adalah siapa teman terdekat kita.  Nabi Besar Muhammad Saw bersabda: Jika berteman dengan pedagang minyak wangi, kita akan kecipratan harumnya. Jika berkawan dengan pandai besi, kita ikutan panas dan berbau tidak sedap (H.R. Bukhari dan Muslim).

Bagi yang saat ini belum merasa sukses, coba perhatikan 5 orang teman terdekat Anda. Karena menurut suatu penelitian, penghasilan seseorang kurang lebih sama dengan penghasilan lima teman terdekatnya.

5.     Hari-20: Ubah Formasi

Umat Islam yang berjumlah hampir 2 Milyar di dunia, membutuhkan sebuah formasi yang solid sehingga tidak mudah dipermainkan pihak lain. Hanya dengan formasi yang kuat, kita dapat menjadi rahmatan lil ‘alamin, khalifah Allah Swt di muka bumi ini.

6.     Hari-24: Ubah Amunisi

Tidak ada peperangan yang bisa dimenangkan tanpa amunisi (senjata). Dalam perang modern saat ini, senjata bisa berarti nuklir. Korea Utara dan Iran adalah negara penyeimbang kekuatan Amerika Serikat Cs. Kedua negara itu mempunyai senjata nuklir untuk berjaga-jaga dari serangan NATO Cs. India dan Pakistan juga punya senjata nuklir. Selain nuklir, terdapat juga senjata fisik yang disebut ‘soft power’. Kekuatan intelijen adalah salah satunya. Kekuatan intelijen ini bisa berupa diplomasi, hutang, media massa, hingga gaya hidup (food, fashion, fun) dan budaya asing.


Dalam kehidupan demokrasi, kekuatan finansial berupa uang sangat terlihat jelas pada pemilihan kepala daerah (pilkada) terlebih pemilihan presiden (pilpres) di Indonesia. Bagaimana para cukong besar dengan uang trilyunan Rupiah sedang ‘bermain’ di belakang kandidat calon kepala daerah. Sungguh mengerikan. Semoga kita semua terlindung dari huru-hara akhir zaman ini dan selalu meningkatkan kompetensi diri kita agar Allah Swt juga berkenan mengubah nasib kita. 

No comments:

Powered by Blogger.