Header Ads

Cordoba FM

Cordoba FM
Vivi Al-Hinduan


Jangan pernah memikirkan seseorang yang sama sekali tidak pernah memikirkanmu. Barangkali nasehat itu tepat ditujukan bagi seorang Dania Alhambra, pelajar kelas 3 sebuah SMA di Pontianak, yang merupakan pendengar setia radio ‘udara’ Cordoba FM. Dania senang mendengar program everlasting love setiap malam Minggu dan Jazz in Town setiap sabtu sore. Kedua program itu dibawakan oleh Daniel Prasetya, penyiar favoritnya yang punya nama gaul Dan Humingbird. Saking ngefansnya, Dania mengajak teman sebangkunya, Dita, pergi ke Cordoba FM sepulang sekolah demi menemui Dan yang sedang membawakan acara favoritnya di Sabtu sore, Jazz in Town. Suara merdu penyanyi Tulus terdengar sayup-sayup dari depan pintu studio. Mereka mengintip dari balik pintu kaca tembus pandang, tepat di depan studio tempat Dan sedang siaran.



“Ih, lawar e abang itu? Tengoklah, Dit. Alamak!”
“Kau ni, kemarok’an benar gak. Balek jak lah, malu!”
“Jahat Dita nih. Aku pengen kenalan dengan Bang Dan Humingbird be,”
“Kau ni, macam orang tue jak suke dengar jazz. Bikin ngantok jak,”
“Alamak! Matenye tak mampu, Dit. Matenye stun! Ih, die natap aku, Dit,”
“Kau nih kemasok’an ke ape? Baek-baek, Nia,”
Mereka ribut tepat di depan pintu studio. Tiba-tiba pintu itu terbuka. Dan sang penyiar keluar dari studio. Kini wajah Dan tepat berada di hadapan mereka. Nafas Dania terasa berhenti berdetak.
***
Sejak kejadian di Cordoba FM tempo hari, Dania semakin sering berkhayal. Ia juga berusaha keras mencari tahu semua alamat akun media sosial  milik penyiar idolanya itu, dan mengajukan pertemanan atau mem-follow akun milik Dan. Nyaris tak ada waktu tersisa selain memikirkan Dan. Dania melacak data diri Dan. Ternyata usia Daniel Prasetya terpaut  empat tahun di atas Dania. Daniel mahasiswa semester akhir di Jurusan Komunikasi Universitas Tanjungpura. Ia berasal dari Desa Sembada, di salah satu Kabupaten paling ujung di Kalbar. Dan nge-kost di daerah Tanjung Sari, sekitar Untan.
“Status Facebook die masih single loh. Dan ndak ade cewek yang komen mesra di statusnye,” kata Dania berseri-seri.
“Ih, jadi-jadilah, Nia. Nanti kau jadi gile bayang,” Dita tertawa mengejek.
“Dania, maen Pokemon yok,” ajak Rani, teman sekelasnya.
“Ih, malas. Macam tak ade kerje laen jak kitak nih,”
 “Daripade sibok mikirkan penyiar radio tuh, mending maen Pokemon,” sahut Dita.
“Aok,” sahut teman-temannya serentak.
Bel tanda pelajaran berakhir telah berbunyi. Alih-alih pulang, Dania langsung menuju daerah Tanjung Sari. Dania bertanya pada pemilik kost tentang keberadaan Daniel. Pemilik kost mengatakan bahwa Daniel sedang pulang kampung ke desanya.
“Saya belum tahu kapan dia balik lagi ke sini,” kata si bapak kost.
Dania pulang dengan langkah lunglai.
***
Tiga bulan kemudian…
Dania menghempaskan tubuh lelahnya di atas kasur. Hari ini nilai ulangan harian untuk pelajaran Akuntansi mendapat angka 3, terburuk sepanjang hidupnya. Sementara, Ujian Nasional semakin dekat. Dengan kesal, Dania memasang headset dan mendengar Radio Cordoba FM kesukaannya. Ia tersentak kaget mendengar suara khas yang telah lama dirindukannya. Dan Humingbird.
Yah, kalau mau telpon atau SMS, tanya-tanya, kirim salam, ato mo request lagu langsung aja ya di nomor biasa..
Tak menunggu lama, Dania langsung mengetik keypad ponselnya dan menunggu jawaban di seberang sana.
Ya, sudah ada telepon masuk. Dari siapa di mana ni?
Dania ragu sejenak, sebelum akhirnya menjawab
Ini Rani, Bang. Bang Dan ke mana aja lama ndak siaran?
Oh, Abang pulang kampung kemaren. Agak lamaan dikit. Tapi sekarang sudah siaran lagi.
Ape buat Bang, di kampong?
Mulai kepo.
Tadak ngape-ngape. Rindu jak dengan Emak kamek. Oh ye, mo request lagu ape ni, Rani?
Lagunye ngikot jak. Salamnye buat Bang Dan Humingbird. Salam sayaaang banget. Rani rindu dengar suare Abang.
Alamak! Janganlah nak sayang-sayangan di radio ni.
Ngape pulak, Bang? Sombong Abang, nih.
Senyap  sejenak.

Bukan gitu, Dek. Abang udah nikah, Dek. Barusan kemaren pas di kampong.
Hah??!
Tak nyaman be kalo istri abang dengar.
Dania terperanjat mendengar informasi itu. Amarahnya meledak seketika.
Abang nih tak ngundang Dania. Jahat! Selama ini Dania sibok mikerkan Abang, takot Abang kenape-kenape. Sampe ulangan harian Akuntansi kemaren dapat 3 gegare tak sempat belajar.

Lho?? Ini Dania apa Rani? Dania yang pernah ke studio itu, ya?

Dania setengah mati berusaha menahan tangis. Ia langsung memutuskan sambungan telepon. Dania menyadari, betapa bodohnya ia selama tiga bulan terakhir ini, selalu sibuk memikirkan seseorang yang sama sekali tidak pernah memikirkannya barang sedetik pun.
***




No comments:

Powered by Blogger.