Header Ads

Perempuan Indonesia di Era Digital

EntrepreneurKreatif.Com-Perempuan Indonesia di Era Digital. Majalah Marketeers Edisi September 2012 lalu membahas secara komplit mengenai perilaku konsumen perempuan tanah air. Menurut riset Markplus Insight 2012 tentang Understanding Indonesia Women: Their Spending Habit, Behavior, Values, and Lifestyle, sekitar  2/3 perempuan di Indonesia cenderung membeli suatu produk dengan terencana. Hanya 30% perempuan yang membeli secara impulsif. 50,3% perempuan di Indonesia menggunakan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Sekitar 82,1% di antaranya adalah perempuan single. Semakin banyak perempuan Indonesia yang melek internet, mengakibatkan informasi mengenai dunia perempuan semakin beragam. Ada 27,9% perempuan yang sering mengakses laman/situs khusus perempuan. Mereka mencari informasi yang berhubungan dengan kecantikan, fashion, resep masakan, kesehatan, seputar karir/ pengembangan diri, hingga gosip selebritis terkini.


Di media sosial, jumlah pengguna Twitter cenderung meningkat sementara jumlah pengguna Facebook relatif stabil. Aktifitas mereka di media sosial antara lain mengomentari status teman, updates status, uploading foto terbaru, chatting, hingga bermain games online. Jika dulu perempuan senang berkumpul lewat arisan, kini mereka mulai berkomunikasi lewat media sosial seperti Facebook dan Twitter. Mereka juga menggunakan media sosial untuk menawarkan dagangan kepada teman-temannya. Selain melalui media sosial, perempuan kelas menengah juga bergabung dalam komunitas-komunitas soaial. Komunitas terbentuk karena kebiasaan dan hobi.


Berbelanja secara online (e-commerce) mulai banyak dilakukan para konsumen perempuan kelas menengah, terutama di kota besar seperti Jakarta. Dari 9,1% responden yang disurvey MarkPlus, menyebutkan bahwa sebagian besar mereka membeli tiket pesawat, pakaian, jam tangan, perhiasan, dan kosmetik secara online. Sementara untuk produk keuangan, tabungan konvensional menempati urutan tertinggi kebutuhan konsumen perempuan Indonesia, disusul secara berturut-turut oleh Asuransi (kesehatan,jiwa,pendidikan), kredit kendaraan bermotor, dan kartu kredit. Dalam memilih produk finansial tersebut, 50,6% perempuan urban mengandalkan rekomendasi teman/ keluarga, disusul pengaruh iklan (22%) dan promosi (15,7%).

Perempuan Dan Politik



Memasuki tahun politik 2013-2014  lalu, bagaimana perilaku perempuan urban ini terhadap politik di tanah air? Peneliti senior Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI Syamsuddin Haris menilai kelas menengah di Indonesia (termasuk perempuan urban) lebih memilih zona nyaman menjelang Pemilu 2014. Padahal seharusnya, segmen masyarakat ini diharapkan mampu memberi perubahan di Indonesia. Sementara wartafeminis.wordpress.com menyatakan bahwa aktivitas sosial politik dirasa masih menakutkan bagi kalangan perempuan kelas menengah di tanah air. Ketakutan yang mendarah daging dan mengakar dihampir semua perempuan di Indonesia yang disebabkan oleh deparpolisasi dan depolitisasi Negara Indonesia. Akibatnya, perempuan kelas menengah Indonesia menjadi individualis, apatis dan apolitis.

Hal ini terutama sekali dalam konteks kolektifitas gerakan sosial. Salah satu masalah yang  paling mendasar dari keberlanjutan keterpurukan Bangsa Indonesia adalah, tidak andilnya kelas menengah dalam gerakan sosialnya, dan dalam konteks ini perempuan kelas menengah.

Sangat sulit untuk berharap pada perempuan kelas menengah Indonesia, hal ini terutama karena mereka adalah produk hidup dari Orde Baru, dimana negara dan pemerintah telah menghegemoni state of mind mereka, dan menghegemoni nurani mereka dengan stereotipe perempuan: yang takut pada politik, kekuasaan adalah kejahatan dan domestikasi adalah keharusan, dan konsumerisme adalah kewajaran.




No comments:

Powered by Blogger.