Melayu Funky: Lakon Tiga Babak
Melayu
Funky: Lakon Tiga Babak*)
Vivi Al-Hinduan
Babak
I : Tragedi Air Balon
Suatu
pagi di sebuah rumah…
“Alamaak..air
balon udah habis. Yaaam…oh Yam..” Kinenez memanggil menantu perempuannya.
Ada apa, Mak?”
“Tolong
telponkan tauke air, Yam. Air balon kita udah habis.”
Kinenez
menunjuk galon air yang sudah kosong.
“Iye,
tau Iyam.”
Iyam
bergegas menuju telepon di sudut meja dan memutar sebuah nomor.
“Halau…tauke
ya? Iya, ini Iyam, menantunya Pak
Kidatoz. Iyam pesan air salon satu ya, tolong diantar sekarang.”
Terdengar
respon dari ujung sana yang langsung dijawab Iyam dengan penuh percaya diri.
“
Iya. Air P-A-R-A-L-O-N.”
Klik.
“Udah
kau telepon, Yam?” tanya Kinenez sambil menyiapkan
sarapan di atas meja.
“Udah,
Mak. Iyam mau membangunkan Raja Singa dulu.”
Iyam
bergegas ke dalam kamar membangunkan suaminya.
Tak
lama kemudian…
Selamat
pagi Emak/ Selamat pagi Bapak/ Mentari hari ini/ Bersinar lagi…
Kibapaz
bernyanyi sambil duduk di kursi dan menyeruput teh manis yang masih panas.
“Yam,
kau ndak nyarap?” tanya Kidatoz sambil membetulkan kain sarungnya yang
kedodoran.
“Iye,
tau Iyam. Mentang-mentang Iyam pernah sakit syaraf. Itu terus diungkit-ungkit
kakek alay satu nih.”
“Siape
bilang kau pernah saket syaraf? Bukannya dulu kau pernah kena gile babi?” sahut
Kibapaz sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Tak
lama kemudian…
“Ibu
pesan paralon air ya?” si tauke datang membawa paralon.
“
Iye, betol. Tolong gak isikan sekalian di sepenser ye,” sahut Mbok Yam.
“Dispenser
kali?”
“Iye,
betol. Emang tadi saye bilang ape?”
“Tapi,
Bu, paralon masak ditaruh di dispenser?”
“Terus
mau ditarok dimane? Masak di kulkas? Bodo amat.”
“Horee…air
balon udah dating,” Kinenez berseru kegirangan.
Babak II : Karmila Satarajanan
Senja
itu Kinenez tengah bersiap menonton acara favoritnya di TVRI, Bincang Uang.
Dengan mengajak Kidatoz, sang suami tercinta, mereka duduk di ruang keluarga
sambil menyeduh kopi panas.
“Iya Nek, tau,” sahut Kidatoz sambil menghirup
kopinya.
Tak
lama muncullah seorang pembawa acara Bincang Uang yang berwajah perpaduan
antara Najwa Shihab dan Ashanty, istri Anang Hermansyah.
Selamat
sore, pemirsa TVRI. Jumpa lagi dengan
saya, Karmila Satarajanan dalam acara kesayangan anda, Bincang Uang. Kali ini
saya membawakan topik berjudul ‘Investasi Bagi Pensiunan’. Dalam acara kali
ini, saya ingin mengajak Bapak/ Ibu pensiunan sekalian agar berinvestasi dan
pintar merancang dana pensiun Anda sejak dini, terutama bagi Pak Kidatoz si kakek alay, dan Ibu Kinenez yang kurang
pendengaran dan selalu mengeja TVRI dengan VRI. Stop. Please!
Pak
Kidatoz, saya sarankan berhati-hatilah dalam menyimpan uang pensiun anda yang
tidak seberapa itu, terutama dari incaran anak tunggal anda yang pemalas dan
mata duitan, Kibapaz. Bu Kinenez, apakah Ibu sudah menjaga betul uang pemberian
suami anda yang tidak seberapa itu dari intaian jahat cucu pertama anda, Si
Unun? Atau menantu anda yang matre itu, siapa namanya?
“Iyam
Marijom,” sahut Kidatoz dan Kinenez serentak.
“Iya,
betul. Dengar-dengar dia sudah pake gigi palsu ya, sekarang? Nggak ompong lagi,
dong?” sahut Karmila dari dalam tivi sambil tertawa cekikikan.
Kidatoz
menyahut, “Oh, tentu saja, Karmila darling.
Marijom sejak pake gigi palsu jadi mirip Ximena Navarette, miss yang dari Meksiko itu loh.”
“Bukannya
dia jadi mirip Lula Kamal, Tok?” sahut Kinenez.
“Oke,
lanjut pemirsa. Kenapa kita harus merancang dana pensiun kita sedini mungkin?”
tanya Karmila dari dalam tivi.
“Karena
kita orang susah,” sahut Kidatoz.
“Bukan,
Tok. Karena itu..karena itu..obat awet muda,” sahut Kinenez sambil menyanyikan
sepenggal lagu Iwan fals.
“Duh,
kalian ngomong apa sih? Kasih tau nggak ya?” Karmila menyahut dari dalam tivi.
Pemirsa,
kita lanjut lagi. Kita perlu merancang dana pensiun sedini mungkin karena
pertama, laju inflasi setiap tahun selalu lebih besar nilainya dari bunga
tabungan kita. Maka menabung adalah cara paling buruk untuk bisa cepat kaya.
Kedua,
karena seiring laju inflasi, maka kebutuhan pasti akan meningkat pula.
Sementara uang yang kita tabung di bank akan berkurang nilainya. Satu juta
rupiah yang anda tabung hari ini akan berkurang kemampuannya di tahun depan
untuk membeli barang yang sama dengan yang anda beli saat ini. Karena itulah
kita butuh investasi selain menabung.
Apa
saja instrumen investasi yang tepat bagi para pensiunan seperti Anda? Jangan
beranjak dulu, saya akan segera kembali setelah yang satu ini…
“Hei,
jangan pergi Karmila sayang!”sahut Kidatoz.
“Dasar
alay!” Karmila menyahut dari dalam tivi.
“Hey,
Datok alay! Dasar mata keranjang. Udah, Karmila, istirahat sana,” Kinenez hendak mematikan tivi.
“Bu,
Kinenez, lihat! Si Unun lagi bongkar lemari Ibu tuh. Dia lagi cari dompet Ibu.
Dia mau pergi ke mall.”
“Hah?
Karmila tau dari mana?” Kinenez terkejut.
“Ada
CCTV ya di TVRI sana?” tanya Kidatoz.
“Ya
ampun, kalian itu gimana sih? makanya jangan nonton dulu. Tuh liat! Pintu kamar
kalian terbuka lebar. Terang aja aku bisa liat dari sini.”
“Unun,
Tok. Tolooong…Poloooong.”
Dan
Kinenez pun terbangun tepat disaat Unun keluar dari kamar Kinenez membawa segenggam
uang kertas seratus ribuan dan berlalu santai menuju Mall yang tak jauh dari
rumah mereka.
Babak III : Keluarga Melayu Funky
“Bising
aku. Pagi-pagi udah dapat SMS penipuan. Banyak benar gak penipu kurang kerjaan
di negeri ini,” Kibapaz mengomel di pagi hari.
“Apa
sih isi SMS nye, Pak?” Titin, putri
kedua Kibapaz menyahut.
“Biasalah.
SMS Mama Minta Pulsa.”
“Oh,kalau
itu sih serahin aja sama Titin. Biar Titin balas SMS itu.”
Kibapaz memberikan ponselnya kepada Titin. Titin lalu
mengetik SMS balasan dan mengirimkannya.
“Udah
kau kirimkan, Tin?” tanya Kibapaz.
“Sudah,
Pak. Baca deh.”
Kibapaz
lalu membuka pesan terkirim dan membaca SMS balasan dari Titin dengan lantang,
“Barusan
Papa, Adik, Kakak, juga mengirim SMS yang sama. Kenapa sih keluarga ini selalu
kehabisan pulsa dan sering berurusan dengan polisi? Malu aku terlahir di
keluarga ini. Malu! Malu!”
****
“Tin,
tolong gak bukakan Nek Dosiar, Nek nak nonton setron,” kata Kinenez sambil mengunyah sirih, lipstick tempo doeloe.
Titin
menurutinya.
“Ih,
iklan pulak Dosiar nih. CTI nomer berape, Tin?”
“Nomor
lima, Nek,” sahut Titin dari dapur.
Kinenez
mengambil remote. Di tivi muncul
angka 7.
“
Ini Tro TV. Tin mau bohongkan Nek ye?”
Titin
tak bisa menahan tawa.
“Sekarang
tanggal berape ye?” tanya Kidatoz yang masuk ke dalam rumah.
“Sekarang
hari bulan Rabu. Nanti malam ade acare Pantun Melayu di VRI,” sahut Kinenez.
“Oh,
tanggal 30. Tolong gak tengokkan di almanak tuh, tanggal 1 November nanti hari
ape?”
“Hari
Pahlawan,” jawab Unun.
“Nun,
kalau CTV nomor berape? Nek nak nonton Tukul.”
“Tukul
nanti malam, Nek. Sabar ya,” ujar Unun.
Akhirnya
Kinenez pun memilih RCTI. Ketika sedang asyik menonton, tiba-tiba listrik
padam.
“Padam
agik anem nih, risau aku. Tak bise nonton CTI aku. Ape nak disagu’, “gerutu
Kinenez.
“Mak,
ade mandang daster Iyam warne dadu, ndak?”
tanya Iyam.
“Kutarok
dalam keranjang jingge.”
“Ngape
pulak Emak tarok dekat kandang ayam?”
“Ape
pulak dalam kandang, bodobale? Die narok di dekat jamban,” Kidatoz yang galak
ikut nimbrung.
***
“
Kabu-kabu tilam nih banyak yang udah hancai dah, Yam,” Kinenez curhat sambil
menjahit kasur tipisnya yang sobek.
“Kalo
ndak, Nek nak jahet tadi malam. Eh, anem pulak padam. Wahal jahet malam-malam
nyaman, tadak dikaru dengan budak badi nih,” kata Kinenez sambil menunjuk Unun,
cucu pertamanya yang berkebutuhan khusus.
“Aok,
Nek. Perak mang Pontianak nih. Anem
malar padam, jembatan tol malar macet selarat. Macam gini dibilang kote modern,”
Titin menyahut dari teras depan sambil mengunyah permen karet.
“Mane
gak tadak nak macet, Tin. Motor tambah banyak, jalan tambah sempit. Tak nanggar
lah budak tuh,” Kibapaz menimpali.
“Alamak…lawar
benar gak perempuan dalam tipi tuh,” kata Kidatoz.
“Datok
nih sepok, gak. Itu bukan orang, Tok. Itu pelam karton,” sahut Unun.
Yihaa..!!
Keterangan
:
Perak : Parah
Wahal : Padahal
Lawar : Ganteng; Cantik
Malar : Sering;
Terus-terusan
Selarat : bahasa Melayu
Pontianak tempo doeloe yang artinya adalah kerap kali
Disagu’ : bahasa Melayu
Pontianak tempo doeloe yang artinya adalah diandalkan
Anem : Listrik PLN
Tak Nanggar : Tak mampu
lagi menampung
Dadu : Merah Muda
Jingga : Oranye
Sepok : Kampungan
*) Telah dimuat di
Harian Pontianak Post, Minggu 17 Juli 2011
No comments:
Post a Comment