Comparative Literary Studies dalam Sastra
EntrepreneurKreatif.Com-Comparative Literary Studies dalam Sastra adalah bidang yang sangat luas yang
mengaji sastra, dan bentuk seni lain, dengan melintasi batas-batas bangsa dan
linguistik, dan dengan tetap memperhatikan konteks sejarah dan kebudayaan dari
karya-karya itu. Tulisan ini tak akan menjelajah sejauh itu. Ia hanya mencoba,
dengan agak longgar, membandingkan melulu teks dari novel The God of Small Things karya Arundhati Roy.
Kedua
novel ini, ditulis oleh perempuan muda yang sama-sama lahir di negeri Asia,
boleh dikata luar biasa. Larung, bahkan sebelum muncul di pasar sekian minggu
lalu, telah dipesan sebanyak 15.000 eksemplar. Itu prestasi yang fenomenal
untuk ukuran Indonesia. The God of Small Things yang terbit 19 tahun lalu, kini
telah terjual lebih dari 6 juta eksemplar, dan telah diterjemahkan ke dalam 40
bahasa.
Sepele
tapi konkret
Yang
segera terlihat dari The God of Small Things adalah hadirnya hal-hal
kecil, benda-benda yang terlalu sepele namun konkret yang dengan kuat
membentangkan “suasana”. Bahkan sejak di halaman-halaman awal, sudah terlihat
betapa kedua novel ini menjanjikan sejumlah cerita kecil yang dapat berdiri
sendiri bagai intan yang terbentuk oleh observasi dan wawasan tajam atas
hal-hal yang tampak sepele itu. Di paragraf pertama The God of Small Things
tertulis:
“May
in Ayemenem is a hot, brooding month. The days are long and humid. The river
shrinks and black crows gorge on bright mangoes in still, dust green trees.
(Mei di Ayemenem adalah bulan yang gerah, bulan yang membuat orang mengingat
hal-hal yang sedih. Hari-hari terentang panjang dan lengas. Sungai menyusut dan
gagak-gagak hitam … dst). Di halaman lain, tertulis: Ammu, naked now,
crouched over Velutha, her mouth on his. He drew her hair around them like a
tent. Like her children did, when they wanted to exclude the outside world.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment