Header Ads

Digital Diary Itu bernama Blog

EntrepreneurKreatif.Com-DigitalDiary Itu Bernama Blog. Sejak tahun 2013, saya bermimpi suatu hari kelak bisa punya sebuah diary digital canggih tempat mencurahkan segala kegalauan dan kebaperan yang ada. Jiahaha!

Tulisan ini (rencananya) akan menjadi subjudul pertama dalam buku personal literature   Diari versi digital impian saya tadi. Digital Diary sendiri merupakan proyek pribadiku. Saya sudah menulis-kembali-diari secara teratur dan sistematis sejak 1 Januari 2013 hingga sekarang sudah menghabiskan enam buah buku tulis dan pena yang tak terhitung jumlahnya.



Sebenarnya, saya nggak pengin jadi penulis. Impianku adalah menjadi seorang jurnalis alias wartawan. Serius. Tapi lagi-lagi karena kondisiku waktu itu yang belum bisa mengendarai motor (kalo naik motor sih gampang, tinggal naik aja, kan?) terpaksa saya mengurungkan niat menjadi jurnalis. Waktu itu, media aka portal online belum menjamur seperti saat ini. Paling cuma detik.com. sementara  di media-media mainstream, kita harus ngantor, kadang sampai tengah malam.

Karena belum bisa mengendarai motor, tepaksa saya ngangkot (di Pontianak istilahnya ngoplet). Kalo cuma pulang-pergi dari rumah ke kantor sih nggak masalah naik oplet, tapi kalo harus meliput ke lapangan, kan ngggak mungkin harus naik oplet? Yang pasti duit bakalan cepat habis, dan ketinggalan berita.  Akhirnya kuputuskan untuk mengurungkan niat menjadi jurnalis. Saya  akhirnya memilih menjadi penulis (fiksi) di mana bisa kerja dari rumah.

Waktu itu, di rumah ada personal computer, tapi belum punya koneksi internet (alhamdulilah sekarang sudah punya modem dan kafe wi-fi bertaburan di Pontianak). Jadilah saya mem-betah-kan diri menulis di PC. Setelah selesai menulis beberapa cerpen, saya jalan kaki ke warnet di dekat rumah. Ada dua buah warnet tak jauh dari rumahku. Jadi, kalau warnet yang satu tutup, tinggal pergi ke warnet satunya lagi. Begitu seterusnya. Modalnya cuma flashdisc  yang menyimpan cerpen-cerpen yang siap kirim. Itu kulakukan selama bertahun-tahun, dan sudah menghasilkan dua buah buku nonfiksi tahun 2011 dan 2012 silam. Terima kasih, warnet.

Jadinya, selama 10 tahun terakhir, saya lebih dikenal sebagai seorang penulis (fiksi) dibanding jurnalis. Baru pada Mei 2015 saya resmi diminta menjadi jurnalis di sebuah portal online milik seorang teman, setelah saya mahir mengendarai motor dan resmi punya SIM C.  Apakah harus turun ke lapangan tiap hari? Ternyata tidak sama sekali. Sebulan pertama, setiap bangun tidur saya langsung menyalakan laptop, mencolokkan modem ke laptop, dan mulai meng-googling-ria. Tugasku mengedit berita-berita dari berbagai sumber di media/ portal online lainnya yang seabrek jumlahnya, untuk kemudian dipublish di media online milik temanku itu. Kadang seharian kerja, mandi cuma sekali sehari. Dan sangat jarang ke luar rumah.

Saya jadi mikir, seandainya 10 tahun silam keadaan sudah seperti ini, mungkin saya nggak akan pernah jadi penulis, tapi langsung start sebagai online jurnalist. Tapi semua sudah takdir Tuhan. Seperti kata pepatah, manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan. Dan orang lain yang seenaknya mengomentari hidup kita di Facebook, Twitter, dan Instagram mereka.

Menjadi Blogger

Ternyata jalan hidup saya tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah menjadi penulis, jurnalis (sempat magang juga sebagai jurnalis di sebuah media besar di bawah sebuah universitas negeri terbesar di Pontianak), akhirnya saya-kembali-serius menekuni dunia blogging yang sempat saya tinggalkan dua tahun lamanya.  Dan saya juga telah menemukan sebuah diari digital dalam versi lain yang lebih simpel. Ternyata Digital Diary Itu Bernama Blog


No comments:

Powered by Blogger.